Harga Emas Naik, Epidemi Korona Turunkan Minat Bursa Global

PT Rifan Financindo ||  Harga emas melonjak tinggi lantaran daya tarik safe haven dari logam mulia tetap menjadi fokus pasar atas meningkatnya kekhawatiran penyebaran virus korona di dalam maupun di luar Cina. Emas diperdagangkan sedikit di atas $1.579. 


Sentimen aksi jual benar-benar mendominasi pasar keuangan global tapi ini membantu harga emas beranjak naik lebih 1%, bahkan ketika beberapa pasar Asia tetap tutup karena menjalani libur Tahun Baru Imlek menurut laporan yang dilansir FX Leaders Senin (27/01) petang. Cina telah melarang semua perjalanan keluar negeri karena negara ini terus mencoba untuk menahan penyebaran epidemi bahkan ketika masih kesulitan menghadapi meningkatnya laporan jumlah kasus dan kematian.

XAU/USD juga tetap diminati karena semakin banyak kasus virus korona dikonfirmasi dari negara lain, termasuk AS, Prancis, Australia, Jepang, Singapura, dan Malaysia. Bursa saham global kembali jatuh karena diduga bakal ada ancaman wabah epidemi virus korona terhadap pertumbuhan ekonomi. Indeks Nikkei Jepang merosot 2% di 23.343,51.

Namun secara umum, logam mulia tetap sedikit ada di bawah tekanan akibat jatuhnya permintaan dari konsumen Cina selama musim perayaan Imlek. Tahun Baru Imlek biasanya merupakan musim puncak pembelian emas di Cina, konsumen logam kuning terbesar di dunia.


Awal Pekan Ini Emas Naik ke $1.589, Virus Korona Picu Aksi Penghindaran Risiko

PT Rifan Financindo ||  Harga XAU/USD tetap bergerak positif di kisaran $1.583 setelah mencapai tingkat tertinggi harian di $1588.70 pada awal pekan ini di tengah sesi perdagangan Asia Senin (27/01) pagi. Logam kuning baru-baru ini mendapatkan dorongan dari kekhawatiran wabah virus korona Cina sementara kekhawatiran berita utama dari Timur Tengah serta situasi perdagangan global menambah aksi penghindaran risiko.

Sesuai dengan pembaruan terakhir menurut laporan yang dilansir FXStreet Senin (27/01) pagi, jumlah kematian akibat virus korona meningkat menjadi setidaknya 80 dari 56 yang diberitakan sebelumnya. Virus mematikan ini telah menginfeksi 2.000 orang lebih di Cina sesuai dengan pernyataan resmi sedangkan klaim tidak resmi meningkat hingga 90.000 orang terinfeksi. Di luar Cina, AS mengumumkan kasus kelima sedangkan Australia dan Jepang juga masuk dalam daftar yang terkena dampak.

Otoritas Cina tampaknya menjalani hari-hari yang kelam di tengah libur Tahun Baru Imlek, yang diperpanjang hingga 2 Februari mendatang. Investor kembali memantau tanggapan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penyebaran terbaru infeksi virus yang sebelumnya masih menunggu petunjuk lebih banyak sebelum meningkatkan status masalah ini menjadi status darurat internasional.

Sementara kedutaan besar AS di Irak terkena serangan roket lainnya pada Senin pagi setempat di Asia. Tatkala pemerintah di Teheran menentang serangan semacam itu terhadap pasukan internasional, namun masih belum ada tanda-tanda aksi dan pergerakan sama yang dapat memicu AS untuk memperbarui ketakutan atas perang AS-Iran.

Juga berkontribusi terhadap aksi penghindaran risiko pasar yakni berita dari Bloomberg bahwa pemerintahan Trump memperpanjang pemberlakuan tarif untuk logam acuan seperti aluminium dan baja bagi beberapa produk impor lainnya. 

Baca juga :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us