Sawarna, Keindahan Lukisan Sang Pencipta

Mungkin banyak yang belum mengenal Sawarna, sebuah desa terpencil di daerah Jawa Barat ini adalah daerah yang masih alami dengan pantainya yang indah. Ketika mendengar namanya mungkin banyak sebagian orang yang belum pernah mendengarnya. di tahun 2012 lalu saya dan teman-teman yang memang suka travelling memutuskan untuk mengunjungi sawarna. sebelumnya kami memang belum pernah mendengar pantai sawarna, tetapi setelah browsing di internet tentang sawarna, akhirnya kami semua nekat berangkat kesana bermodalkan informasi jalan dari hasil googling, hehe.
dari jakarta menuju sawarna kira-kira menempuh jarak sekitar 280 km. kamu harus ke Serang Banten terlebih dahulu. Menuju Serang dapat melalui Tol Jakarta – Merak kemudian keluar di pintu Tol Serang Timur. Dari pintu Tol Serang Timur menuju ke arah terminal Pakupatan. Dari terminal lurus dan di lampu merah pertama dekan pom bensin pertamina belok kiri menuju Palima (perlimaan) Serang Banten. Dari palima ambil yang ke arah Baros dan Pandeglang. Dari Baros mendekati masuk kota Pandeglang kamu akan memiliki dua pilihan, melalui alun-alun Pandeglang atau ke pinggir. Dari Pandeglang Kota atau pinggir Pandeglang kamu bisa menuju Saketi. Jalan dari Pandeglang menuju Saketi ini dibeberapa titik ada betonisasi jalan. Jika sudah sampai di Saketi, ambil yang ke arah Malingping. Jalan Saketi Malingping inilah yang jalannya rusak dan jika perjalanan malam hari, kamu harus berhati-hati karena minimnya penerangan jalan.
Setelah sampai ke Malingping, kamu bisa menuju ke Bayah. Di sepanjang jalan Malingping Bayah inilah banyak terdapat pantai-pantai yang menarik, diantaranya Pantai Bagedur, Pantai Cihara, Pantai Cibobos dan banyak lagi.
Jalur darat untuk ke sawarna sebenarnya kurang begitu bagus, jujur sebenarnya kasihan mobil sedan dibawa berpetualang begini. Kalau saja waktu itu mobil saya Daihatsu Terios, mungkin kondisi jalan seperti apapun bakal mulus di laluinya, hehe.
Kebetulan saat kami datang kesana berbarengan dengan libur cuti bersama, nyari homestaynya agak susah karena memang sudah banyak yang booking dari jauh hari. ini jadi pelajaran buat kami kalau kesana lagi harus booking dulu beberapa hari sebelumnya hehe. siang itu tanpa memikirkan teriknya panas matahari, kami langsung menuju pantai. dari homestay ke pantai tidak terlalu jauh, kira-kira 5 menit jalan kaki maka garis pantainya langsung keliatan. Kebetulan pas kami kesana waktu ombaknya sedang besar, jadi kami cuma bisa bermain di pinggir pantai.
salah satu teman kami ada yang tidak ikut main di pantai, cuma mengawasi dari dekat. katanya selama perjalanan firasatnya tidak enak. memang waktu diperjalanan kami sempat istirahat di karang hawu, saat itu ada kakek tua yang mendekati mobil kami. dia sempat berbicara dengan bahasa sunda yang kami tidak mengerti. tetapi menurut salah seorang teman kami yang sedikit-sedikit mengerti bahasa sunda, kakek tersebut seperti memberi peringatan untuk kami agar hati-hati.
Hari itu memang ombak di sawarna sedang besar, kami yang bermain di pinggir pantai pun kadang tak kuasa menahan terjangan ombak itu. Puncaknya ketika saya bersama salah satu seorang teman bermain ombak, tiba-tiba ombak besar datang, kami berdua tidak bisa menahan sampai terseret beberapa meter. beruntung ada teman kami yang menarik baju dan memegangi kami. Setelah itu saya dan teman teman cowok berkumpul, membahas firasat-firasat aneh, kejadian di karang hawu, dan kejadian yang saya alami barusan. Kami menarik kesimpulan, bahwa ini semua tidak biasa. maka dari itu kami memutuskan untuk tidak bermain air lagi, cuma duduk-duduk di pinggir pantai saja sambil berfoto-foto hehe.
kebetulan saya membawa tas kecil untuk menaruh HP dan dompet. teman-teman yang lain juga menitipkan handphone-handphonenya di tas saya. kemudian saya menaruh tas kira-kira 2 meter dari jejak ombak di pasir. saat kami asyik foto-foto, tiba2 ombak besar datang, dan tas saya pun tersapu ombak, kami langsung lari untuk menyelamatkan handphone, dompet, dan kamera digital yang ada di dalam tas itu. semua handphone kami basah dan kemasukan pasir. total ada 11 handphone dan 1 kamera digital yang terkena sapuan ombak. kamipun sibuk membersihkan handphone masing-masing. ada yang berhasil nyala, dan banyak yang rusak. sungguh liburan yang “mahal”. setelah itu kami mencoba menghibur diri dengan foto-foto saat sunset, setelah itu balik ke homestay karena hari sudah gelap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us