Emas Turun Untuk Hari Kedua Ditengah Spekulasi The Fed
PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, Emas berjangka catat penurunan untuk hari kedua secara berturut-turut di
tengah spekulasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan tingkat suku
bunga sebagai momentum kenaikan perekonomian AS, sehingga memangkas
permintaan untuk logam sebagai investasi alternatif.
Global holdings yang diperdagangkan di bursa pada produk emas telah memperpanjang penurunan ke level terendah dalam lima tahun terakhir, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Sementara kemarin, sebuah jajak pendapat menunjukkan para pemilih di Swiss akan menolak sebuah inisiatif yang akan mengharuskan bank sentral negara tersebut untuk menahan setidaknya 20 persen dari aset pada logam.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember turun sebesar 0,3 persen ke level $ 1,190.90 per ounce pukul 1:37 siang di Comex New York. Sementara keseluruhan perdagangan sebesar 49 persen di atas RSI 100-hari untuk saat ini, menurut data Bloomberg. Kemarin, sedangkan logam mencatat penurunan sebesar 0,3 persen.
Biaya hidup di AS stagnan pada bulan lalu, dan klaim pengangguran catat penurunan sebesar 2.000 dalam pekan yang berakhir pada 15 November lalu, menurut laporan pemerintah hari ini. (vck)
Sumber: Bloomberg
Global holdings yang diperdagangkan di bursa pada produk emas telah memperpanjang penurunan ke level terendah dalam lima tahun terakhir, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Sementara kemarin, sebuah jajak pendapat menunjukkan para pemilih di Swiss akan menolak sebuah inisiatif yang akan mengharuskan bank sentral negara tersebut untuk menahan setidaknya 20 persen dari aset pada logam.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember turun sebesar 0,3 persen ke level $ 1,190.90 per ounce pukul 1:37 siang di Comex New York. Sementara keseluruhan perdagangan sebesar 49 persen di atas RSI 100-hari untuk saat ini, menurut data Bloomberg. Kemarin, sedangkan logam mencatat penurunan sebesar 0,3 persen.
Biaya hidup di AS stagnan pada bulan lalu, dan klaim pengangguran catat penurunan sebesar 2.000 dalam pekan yang berakhir pada 15 November lalu, menurut laporan pemerintah hari ini. (vck)
Sumber: Bloomberg
Komentar
Posting Komentar