Batal Akuisisi, Saham Twitter Makin Turun

Rifan Financindo Berjangka -- Selama beberapa minggu belakangan, Twitter menjadi bahan perbincangan banyak orang karena muncul rumor yang menyebutkan bahwa Google, Salesforce, Disney dan Apple tertarik untuk membeli media sosial yang sedang menghadapi masalah keuangan tersebut.

Sekarang, 3 dari 4 perusahaan teknologi raksasa itu telah memutuskan untuk tidak membeli Twitter, menurut laporan Recode. Twitter kini harus mencari solusi masalah mereka sendiri. Seperti yang disebutkan oleh CNET, saham Twitter naik ketika rumor bahwa Twitter akan diakuisisi oleh Google, Apple dan Disney. Namun, dengan cepat saham Twitter turun kemarin hingga hampir 20 persen.

Google, Apple dan Disney tidak menjawab permintaan untuk berkomentar.

Kabar bahwa Disney tertarik untuk membeli Twitter muncul minggu lalu. Beberapa pengamat industri merasa akuisisi Twitter oleh Disney cukup masuk akal karrena CEO Disney Bob Iger cukup dekat dengan CEO Twitter Jack Dorsey, yang merupakan anggota dewan Disney.

Selain itu, Disney juga tertarik untuk menemukan jalur distribusi konten digital yang baru, mengingat para pelanggan TV kabel mereka mulai menurun. Namun, tampaknya Disney akhirnya memutuskan untuk tidak mengakuisisi Twitter.

Dengan mundurnya Google, Disney dan Apple, hal ini berarti, satu-satunya perusahaan yang masih tertarik membeli Twitter adalah Salesforce, sebuah perusahaan komputasi cloud yang bermarkas di San Francisco. Baik juru bicara Twitter maupun Salesforce menolak untuk berkomentar.

Twitter kesulitan untuk menumbuhkan penggunanya, bahkan setelah mereka menambahkan berbagai fitur baru seperti live stream, debat politik dan pertandingan olahraga. Perusahaan media sosial tersebut tidak dapat mengikuti pertumbuhan tinggi media sosial lainnya seperti Facebook, Instagram dan Snapchat.

Twitter berharap, masalah akuisisi ini sudah dapat diselesaikan pada tanggal 27 Oktober, ketika mereka meluncurkan hasil keuangan mereka.

27 Oktober 2016 agaknya bakal jadi tanggal penentuan bagi Twitter. Menurut sumber dalam, perusahaan mikroblog tersebut akan memutuskan apakah bersedia "dipinang" perusahaan lain atau tidak.

Jika informasi itu benar, Twitter cuma punya sisa waktu sekitar 20 hari atau tiga minggu lagi untuk mempertimbangkan semua peluang dan risiko. Waktu tersebut terkesan singkat, mengingat kabar akuisisi Twitter baru tercium pada akhir September lalu.

Sumber dalam menyebut CEO Jack Dorsey terus didesak oleh pemegang saham dan para karyawan dengan pertanyaan soal masa depan perusahaan, sebagaimana dilaporkan BusinessInsider dan dihimpun KompasTekno, Kamis (6/10/2016).

Kabar akuisisi Twitter sendiri mulai ramai gara-gara omongan co-founder sekaligus anggota direksi Twitter, Evan Williams, sekitar dua pekan lalu. Ia mengatakan Twitter mempertimbangkan opsi terbaik menyusul minat akuisisi dari perusahaan luar.

Adapun daftar perusahaan yang disebut-sebut ingin mengawini Twitter adalah Google Alphabet, Walt Disney, dan Salesforce. Hingga kini semua pihak yang konfirmasinya dibutuhkan masih memilih tutup mulut.

Pengamat melihat masing-masing perusahaan yang tertarik dengan Twitter punya potensi untuk mengembangkan perusahaan berlogo burung. Jika Twitter memilih Salesforce, fokusnya bisa jadi terarah ke pemanfaatan database Twitter untuk intelejen bisnis.

Kalau pilihan jatuh ke Google, dimensi pemberitaan dan aktivitas sosial milik Twitter bisa dikembangkan lebih jauh untuk mencapai win-win solution. Terakhir, bersama Disney, Twitter bisa memperluas cakupan layanan untuk program berbau olahraga dan hiburan.

Twitter menjadi perusahaan terbuka lewat lelang saham alias IPO pada November 2013. Kala itu, harga saham per lembar Twitter naik dari 24 dollar AS (Rp 310.000-an) menjadi 74 dollar AS (Rp 960.000-an) cuma dalam sebulan pasca IPO.

Namun, itu merupakan titik harga saham tertinggi Twitter. Setelahnya, harga sahamnya terus menurun hingga kini tinggal 26 dollar AS (Rp 360.000-an) per lembar.

Jika bersedia diakuisisi, analis menaksir nilai Twitter berkisar 18 miliar dollar AS (Rp 235 triliun) hingga 30 miliar dollar AS (Rp 392 triliun).

Twitter sendiri sudah bertahun-tahun berjuang untuk memonetisasi layanannya, namun hasilnya belum bisa dituai. Basis pengguna aktif bulanannya saja kini cuma 313 juta atau hanya tumbuh 3 persen dari tahun ke tahun.

Hal ini membuat investor geram dan bahkan menuntut Twitter ke meja hijau. Tak cukup sampai di situ, Twitter juga merugi sebesar 107 juta dollar AS atau setara Rp 1,3 triliun pada tahun ini. 

https://ptrifanfinancindoberjangkajakartastc.wordpress.com/2016/10/07/batal-akuisisi-saham-twitter-makin-turun/

Rifan Financindo Berjangka
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us