Harga Komoditas Turun, IHSG Diperkirakan Bergerak Terbatas
Rifan Financindo Berjangka -- Jakarta - Indeks
Harga Saham Gabungan atau IHSG akan bergerak bervariasi pada perdagangan
hari ini, Kamis, 17 November 2016. Menurut Analis Ekonomi First Asia
Capital David Sutyanto, saham sektor tambang rawan koreksi seiring
turunnya beberapa harga komoditas tadi malam. Namun, sejumlah saham
unggulan masih berpeluang melanjutkan penguatannya dalam rentang
konsolidasi.
"IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak dengan support di 5.150 dan resisten di 5.210 menguat terbatas," ujar David dalam pesan tertulisnya. Ia menambahkan, dari domestik, sentimen akan tertuju pada kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Diperkirakan tingkat bunga acuan akan ditahan di level saat ini di 4,75 persen.
Rabu, pasar saham global bergerak bervariasi, umumnya ditutup di teritori negatif. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx, terkoreksi 0,77 persen di 3.026,36. Di Wall Street, indeks saham utama tutup bervariasi. Indeks DJIA terkoreksi, setelah tujuh hari perdagangan menguat terus menerus.
Indeks DJIA tutup koreksi 0,3 persen di 18.868,14, terutama dipicu saham sektor keuangan yang terkoreksi 1 persen lebih. Indeks S&P koreksi 0,16 persen di 2.176,94. Sedangkan indeks Nasdaq berhasil menguat 0,4 persen di 5.294,58. Harga minyak mentah koreksi 0,8 persen di US$ 45,44 per barel dan sejumlah harga komoditas logam kemarin juga tutup koreksi.
Data ekonomi AS menunjukkan perekonomian AS terutama permintaan domestik terus menguat. Penjualan ritel di AS Oktober lalu naik 0,8 persen dibandingkan September (mom) di atas perkiraan 0,6 persen. Produksi industri AS Oktober stabil setelah bulan sebelumnya koreksi 0,2 persen (mom).
Pelaku pasar menyakini The Fed pada pertemuan Desember akan menaikkan tingkat bunga. Kemarin, yield obligasi AS 10 tahun turun 0,6 persen di 2,22 persen.
IHSG pada perdagangan kemarin berhasil rebound setelah tekanan jual selama tiga sesi perdagangan terakhir. IHSG berhasil tutup menguat 106,96 poin (2,11 persen) di 5.185,465.
Menurut David, seluruh saham sektoral berhasil menguat dipicu aksi tawar (bargain hunting) pemodal setelah koreksi selama tiga sesi perdagangan terakhir, yang membuat banyak harga saham menjadi murah terutama saham-saham unggulan. Selain itu, meredanya risiko pasar saham global malam sebelumnya, kenaikan harga minyak mentah, dan turunnya yield oblgasi negara di pasar global memicu naiknya harga saham sektoral.
"IHSG pada perdagangan hari ini diperkirakan bergerak dengan support di 5.150 dan resisten di 5.210 menguat terbatas," ujar David dalam pesan tertulisnya. Ia menambahkan, dari domestik, sentimen akan tertuju pada kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Diperkirakan tingkat bunga acuan akan ditahan di level saat ini di 4,75 persen.
Rabu, pasar saham global bergerak bervariasi, umumnya ditutup di teritori negatif. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx, terkoreksi 0,77 persen di 3.026,36. Di Wall Street, indeks saham utama tutup bervariasi. Indeks DJIA terkoreksi, setelah tujuh hari perdagangan menguat terus menerus.
Indeks DJIA tutup koreksi 0,3 persen di 18.868,14, terutama dipicu saham sektor keuangan yang terkoreksi 1 persen lebih. Indeks S&P koreksi 0,16 persen di 2.176,94. Sedangkan indeks Nasdaq berhasil menguat 0,4 persen di 5.294,58. Harga minyak mentah koreksi 0,8 persen di US$ 45,44 per barel dan sejumlah harga komoditas logam kemarin juga tutup koreksi.
Data ekonomi AS menunjukkan perekonomian AS terutama permintaan domestik terus menguat. Penjualan ritel di AS Oktober lalu naik 0,8 persen dibandingkan September (mom) di atas perkiraan 0,6 persen. Produksi industri AS Oktober stabil setelah bulan sebelumnya koreksi 0,2 persen (mom).
Pelaku pasar menyakini The Fed pada pertemuan Desember akan menaikkan tingkat bunga. Kemarin, yield obligasi AS 10 tahun turun 0,6 persen di 2,22 persen.
IHSG pada perdagangan kemarin berhasil rebound setelah tekanan jual selama tiga sesi perdagangan terakhir. IHSG berhasil tutup menguat 106,96 poin (2,11 persen) di 5.185,465.
Menurut David, seluruh saham sektoral berhasil menguat dipicu aksi tawar (bargain hunting) pemodal setelah koreksi selama tiga sesi perdagangan terakhir, yang membuat banyak harga saham menjadi murah terutama saham-saham unggulan. Selain itu, meredanya risiko pasar saham global malam sebelumnya, kenaikan harga minyak mentah, dan turunnya yield oblgasi negara di pasar global memicu naiknya harga saham sektoral.
Rifan Financindo Berjangka
Komentar
Posting Komentar