Produksi dan Nilai Tukar Dolar AS Tekan Harga Minyak
Jakarta, PT Rifan Financindo -- Harga minyak melemah pada
hari Selasa, waktu Amerika Serikat, seiring meningkatnya kecemasan
investor bahwa permintaan minyak akan menurun, mata uang dollar AS akan
menguat, dan produksi minyak AS akan bertambah.
Selain itu, pelaku pasar juga mempertanyakan kemampuan orgnisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dalam menyeimbangkan pasar kembali.
Dikutip dari Reuters, nilai mata uang dollar AS menguat satu persen dibandingkan mata uang lainnya. Kondisi ini menekan permintaan karena harga minyaknya relatif lebih mahal dibandingkan negara lain.
Selain itu, investor juga menanti laporan terkini mengenai persedian minyak dari Energy Information Administration (EIA) AS pada Rabu pekan ini. Namun, analis memprediksi bahwa persediaan minyak mungkin akan berkurang 1,8 juta barel pada pekan lalu.
Produksi minyak AS sendiri telah mencapai 9,3 juta barel per hari atau meningkat 10 persen ketimbang angka pertengahan tahun lalu. Produksi negara Paman Sam itu juga diperkirakan menembus angka 10 juta barel pada 2018 mendatang, dan sekaligus memupus harapan OPEC bahwa persediaan minyak global bisa dipangkas.
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al Falih mengatakan, OPEC akan melakukan segala cara untuk kembali menyeimbangkan pasar minyak. Salah satunya dengan memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi hingga 2018 mendatang.
Hasilnya, harga Brent berjangka LCOc1 melemah US$0,61 per barel ke angka US$48,73 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) CLc1 turun US$0,55 per barel ke angka U$45,88 per barel.
Angka penutupan tersebut merupakan yang terendah sejak 4 Mei 2017 dan terendah kedua sejak 29 November 2016 atau tepat ketika OPEC mengumumkan pembatasan produksi di paruh pertama 2017.
PT Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar