Saham Asia pangkas kerugian karena pelemahan yen - 28 May (11:05)

Bloomberg, (28/5) - Saham-saham Asia memperkecil kerugian, dengan volatilitas saham Jepang mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun lalu karena pelemahan yen mendorong prospek pendapatan bagi eksportir.

Index MSCI Asia Pacific turun sebesar 0,1 persen menjadi 136,77 pada pukul 11:05 am di Hong Kong, dengan sekitar tiga saham naik untuk setiap dua yang jatuh. Index itu mundur selama lima hari terakhir di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve AS akan mengurangi pembelian obligasi karena membaiknya ekonomi AS dan data manufaktur China meleset dari perkiraan.

Kontrak pada indeks Standard & Poor 500 naik 0,3 persen. Pasar saham di AS dan Inggris akan dibuka kembali hari ini setelah libur nasional kemarin.

Indeks Topix Jepang dan Nikkei 225 Stock Average berayun antara keuntungan dan kerugian. Volatilitas 30-hari secara historis di Topix naik ke 30.92, tertinggi sejak April 2011. Penutupan di bawah level 1,148.42 di index Topix maka akan menyelesaikan penurunan 10 persen dari tingkat tertinggi 4,5 tahun yang tercatat pada tanggal 22 Mei lalu - atau ambang batas dimana beberapa investor gunakan itu untuk menentukan koreksi pasar.

"Pelaku pasar tidak yakin tentang tingkat yang sesuai atau prospek saham Jepang saat ini," kata Takahiro Nakano, analis dari Mizuho Trust & Banking Co, unit dari bank terbesar ketiga Jepang berdasarkan nilai pasarnya. "Pasar saat ini masih mencerminkan pandangan yang campuran."

Index Hang Seng Hong Kong naik 0,1 persen dan index Shanghai Composite turun sebesar 0,1 persen. Index S&P/ASX 200 Australia menguat 0,2 persen dan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,3 persen. Sementara itu, Index Straits Times Singapura gain sebesar 0,2 persen dan Indeks Taiex Taiwan sedikit berubah.

Survey Bloomberg terhadap Laporan ekonomi hari ini kemungkinann akan menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen di AS yang meningkat sehingga menambah bukti bahwa ekonomi terbesar di dunia tersebut terus melakukan pulih.

PM China, Li Keqiang mengatakan bahwa negaranya dihadapkan oleh "tantangan besar" karena keterbukaan ekonomi dan reformasi yang akan disertai dengan tingkat pertumbuhan yang lambat. (brc)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us