China dan Rusia Nafikan Laporan Senjata Kimia Suriah
VIVAnews - Berbagai negara Barat semakin memperkuat tudingan mereka pada rezim Bashar al-Assad usai laporan penyelidik senjata kimia PBB dibacakan. Namun lain halnya dengan China dan Rusia, keduanya masih setia mendukung Assad dan menafikan laporan PBB itu.
Diberitakan al-Arabiya, Selasa 17 September 2013, China menolak dikatakan Assad yang melakukan serangan senjata kimia bulan lalu, yang menewaskan 1.400 orang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan mereka akan meneliti lagi laporan tersebut.
"Investigasi yang relevan harus dilakukan oleh tim penyidik PBB dengan dasar imparsial, profesional dan independen," kata Hong.
Hal yang sama disampaikan pemerintah Rusia. Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, laporan itu tidak membuktikan peran Assad dalam serangan tersebut.
Menurutnya, senjata kimia itu adalah bentuk provokasi yang semakin membuat Assad terpojok dan terkucil di komunitas internasional. Karena itu, Rusia menuntut penyelidikan lebih lanjut. "Kami ingin insiden 21 Agustus itu diinvestigasi dengan tidak memihak, objektif dan profesional," kata Lavrov.
Akibat pernyataan ini jugalah, Lavrov sempat bersitegang dengan Menteri Luar Prancis Laurent Fabius saat keduanya melakukan konferensi pers di Moskow. Menurut Fabius, walaupun laporan itu tidak menunjukkan siapa pelakunya, namun bukti-bukti telah gamblang menuding Assad.
Dalam laporan PBB, berbagai sampel lingkungan, kimia dan medis dari Ghouta, pinggiran Damaskus, menunjukkan bahwa gas sarin telah ditembakkan ke tempat itu. Dalam laporan lainnya, sebuah hulu ledak yang ditemukan di Ghouta menunjukkan bahwa sarin yang digunakan diperkirakan mencapai 56 liter, per serangan. Jumlah ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penyelidikan menunjukkan, senjata kimia ini ditembakkan dari roket canggih, di antaranya roket artileri M14 dan roket 330-milimeter yang belum diketahui namanya. Selain itu, senjata-senjata ini diluncurkan menggunakan peluncur besar yang canggih, yang tidak mungkin dimiliki kelompok pejuang Suriah.
China dan Rusia adalah duo pendukung Assad yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB. Dua negara ini selalu menjegal resolusi DK PBB soal Suriah dengan veto mereka. (umi)
Diberitakan al-Arabiya, Selasa 17 September 2013, China menolak dikatakan Assad yang melakukan serangan senjata kimia bulan lalu, yang menewaskan 1.400 orang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan mereka akan meneliti lagi laporan tersebut.
"Investigasi yang relevan harus dilakukan oleh tim penyidik PBB dengan dasar imparsial, profesional dan independen," kata Hong.
Hal yang sama disampaikan pemerintah Rusia. Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, laporan itu tidak membuktikan peran Assad dalam serangan tersebut.
Menurutnya, senjata kimia itu adalah bentuk provokasi yang semakin membuat Assad terpojok dan terkucil di komunitas internasional. Karena itu, Rusia menuntut penyelidikan lebih lanjut. "Kami ingin insiden 21 Agustus itu diinvestigasi dengan tidak memihak, objektif dan profesional," kata Lavrov.
Akibat pernyataan ini jugalah, Lavrov sempat bersitegang dengan Menteri Luar Prancis Laurent Fabius saat keduanya melakukan konferensi pers di Moskow. Menurut Fabius, walaupun laporan itu tidak menunjukkan siapa pelakunya, namun bukti-bukti telah gamblang menuding Assad.
Dalam laporan PBB, berbagai sampel lingkungan, kimia dan medis dari Ghouta, pinggiran Damaskus, menunjukkan bahwa gas sarin telah ditembakkan ke tempat itu. Dalam laporan lainnya, sebuah hulu ledak yang ditemukan di Ghouta menunjukkan bahwa sarin yang digunakan diperkirakan mencapai 56 liter, per serangan. Jumlah ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penyelidikan menunjukkan, senjata kimia ini ditembakkan dari roket canggih, di antaranya roket artileri M14 dan roket 330-milimeter yang belum diketahui namanya. Selain itu, senjata-senjata ini diluncurkan menggunakan peluncur besar yang canggih, yang tidak mungkin dimiliki kelompok pejuang Suriah.
China dan Rusia adalah duo pendukung Assad yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB. Dua negara ini selalu menjegal resolusi DK PBB soal Suriah dengan veto mereka. (umi)
Komentar
Posting Komentar