Terus Merugi, BlackBerry Akan Pangkas Ribuan Karyawan

VIVAnews - Perusahaan asal Kanada, Blackberry, pada Jumat kemarin mengumumkan akan segera memecat ribuan karyawannya di seluruh dunia karena terus mengalami kerugian. Total ada sekitar 4.500 atau sebanyak 40 persen dari jumlah tenaga kerjanya secara global yang akan segera dirumahkan.

Kantor berita BBC, Jumat 20 September 2013 melansir alasan pemecatan itu karena total kerugian yang mereka alami di kuartal kedua tahun 2013 ini di luar dugaan. Dalam laporan perusahaan yang akan disampaikan pada pekan depan, BB menduga telah merugi antara US$950 juta (Rp10,7 triliun) hingga US$995 juta (Rp11,2 triliun) di periode kuartal yang berakhir pada Agustus kemarin.

BlackBerry mengatakan, penyebab utama kerugian berasal dari penjualan seri baru ponsel pintar mereka, Z10. Menurut laporan yang dikeluarkan direktur perusahaan tersebut, Thorstein Heins, pada Juni kemarin, perusahaan yang dulu bernama Research in Motion (RIM) itu hanya berhasil menjual 2,7 juta unit ponsel Z10.

Padahal total produksi mencapai 6,8 juta. Ponsel Z10 dirilis bulan Januari kemarin dan dianggap gagal memuaskan keinginan konsumen. Terbukti konsumen masih lebih memilih untuk menggunakan ponsel BB seri sebelumnya. Padahal, seri Z10 merupakan ponsel pertama besutan BB yang dilengkapi dengan perangkat lunak terbaru seri 10.

Menghadapi kondisi perusahaan yang kian runyam, Heins berupaya tetap tenang. Dia mengakui perusahaan yang dipimpinnya tengah dihantam badai.

"Kami memang sedang berada dalam kesulitan, namun perubahan operasional yang diperlukan diumumkan hari ini. Kami menginfomasikan bagaimana cara mengatasi kesulitan yang saat ini sedang menghadang untuk kembali menjadi perusahaan yang kompetitif dan tetap menghasilkan keuntungan," ungkap Heins pada Jumat kemarin.

Heins menambahkan, untuk tetap maju ke depan, BB berencana untuk kembali fokus dengan tetap menyediakan solusi bagi perangkat keras, lunak dan layananan bagi konsumen perusahaan, produktif dan profesional.

Perusahaan itu dilaporkan juga telah mempekerjakan beberapa penasihat usai musim panas lalu untuk membantu memberikan opsi lain. Pada Agustus kemarin, salah satu anggota dewan direksi, Timothy Dattels, turut ditunjuk menjadi komite yang dapat memikirkan strategi model bisnis yang berbeda termasuk meningkatkan kembali penjualan potensial.

"Kami yakin saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mencari alternatif strategi," ungkap Dattels.

Menurut laporan kantor berita Reuters, bukan kali ini saja BB berencana memecat ribuan karyawannya. Dalam kurun waktu 12 bulan, BB sudah mengurangi porsi tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Pada Maret kemarin mereka masih mempekerjakan 12.700 karyawan, namun sebelumnya memecat hampir 20 ribu pekerjanya. Menurut analis dari perusahaan teknologi, BGC, Colin Gillis, situasi BB sudah tidak dapat tertolong.

"Perusahaan ini sudah terjun ke jurang. Pada kuarter ini, di mana BB dulu pernah Anda ketahui, kini sudah tidak ada lagi," ungkap Gillis.

Gillis bahkan mengaku pesimitis akan ada investor yang berniat membeli BB seandainya perusahaan itu jadi dijual. Pasalnya isu pemangkasan tenaga kerja dan kerugian yang dialami BB, sudah membuat pembeli potensial keburu kabur.

"Apa yang Anda harapkan ketika perusahaan itu berencana menaikkan jumlah penjualan? Siapa pula yang ingin berinvestasi ke perusahaan yang sudah jelas kemungkinannya akan ditutup," kata Gillis.

Rencana pemecatan ribuan karyawan ini turut mendapat perhatian  Menteri Industri Kanada, James Moore.  Pada Jumat kemarin, Moore mengungkapkan keprihatinnya.

"Saya prihatin terhadap mereka yang telah kehilangan pekerjaannya di BB. Isu ini selalu menjadi subjek yang diperhatikan oleh pemerintah kami," ujar Moore.

Menurut Moore, kendati perekonomian Kanada terus berkembang dan warganya terus berupaya untuk menciptakan lapangan kerja, namun tantangan masih tetap ada.

"Kami perlu mengatasi isu tersebut sehingga dapat terus menjamin pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja," kata dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contact Us

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Koalisi Pejalan Kaki Dikecam PKL Saat Gelar Aksi di Tanah Abang