Minyak Siap Untuk Penurunan Terbesar Sejak 2008

PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, Minyak menuju penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan global baik produsen minyak AS maupun Organisasi Produsen Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan tanda-tanda pertempuran untuk pangsa pasar di tengah berlimpahnya pasokan.

Minyak berjangka turun 0,9% di New York, turun 45% dalam tahun 2014. Pedoman AS mengijinkan penjualan ke luar negeri untuk minyak ultralight tanpa persetujuan pemerintah yang dapat meningkatkan kapasitas ekspor negara tersebut dan "melempar kunci inggris" dalam rencana Arab Saudi untuk mengekang output Amerika, menurut Citigroup Inc. Persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan naik ke level tertinggi dalam tahun ini dalam tiga dekade terakhir.

Penurunan Oil telah mengguncang pasar mulai dari mata uang rubel Rusia hingga naira Nigeria dan menekan anggaran pemerintah dalam menjalankan negara termasuk Venezuela dan Ekuador. Hal tersebut juga mendorong cadangan minyak mentah darurat China dan membantu mengecilkan subsidi BBM di India dan Indonesia. OPEC telah mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan menyesuaikan pasokan untuk mempengaruhi harga, sebaliknya memilih untuk menjaga pangsa pasar di tengah booming-nya US shale yang belum pernah terjadi sebelumnya.

West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun sebanyak 47 sen menjadi $ 53,65 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange dan berada di $ 53,67 pada pukul 8:32 pagi waktu Singapura. Kontrak menguat 51 sen menjadi $ 54,12 kemarin, gain untuk pertama kalinya dalam empat hari.

Brent untuk pengiriman Februari naik 2 sen menjadi $ 57,90 per barel di bursa ICE Futures Europe exchange kemarin. Minyak mentah patokan Eropa mengakhiri sesi dengan premi sebesar $ 3,78 terhadap WTI.(frk)

Sumber : Bloomberg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contact Us

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Koalisi Pejalan Kaki Dikecam PKL Saat Gelar Aksi di Tanah Abang