Dolar Perkasa Tapi Ekonomi AS Hanya Tumbuh 0,2%, Ini Penjelasannya
PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA, Jakarta -Perekonomian Amerika Serikat (AS) stagnan pada
3 bulan pertama di 2015 (kuartal I-2015), pertumbuhannya hanya 0,2%.
Angka ini di bawah ekspektasi para analis ekonomi yang memperkirakan
bisa sekitar 1%.
Dilansir dari BBC, Kamis (30/4/2015),
musim dingin membuat konsumsi masyarakat menurun. Sementara perusahaan
energi tengah tertimpa jatuhnya harga minyak, sehingga harus memangkas
investasinya.
Belum lagi penguatan dolar yang membuat ekspor
turun 7,2%. Karena dengan penguatan dolar, barang dari AS menjadi mahal
sehingga tidak bersaing.
Namun Departemen Perdagangan AS
menyatakan, ada sinyal aktivitas ekonomi meningkat di kuartal II-2015.
Pertumbuhan ekonomi AS ini lebih rendah dari kuartal IV-2014 yang masih
tumbu 2,2%.
Dolar terus menguat karena ekspektasi akan
dinaikkannya suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, yaitu The Fed.
Bahkan dolar sempat menyentuh nilai tertingginya dalam 10 tahun
terakhir.
Kondisi penguatan dolar membuat ekspor turun. Namun impor naik akibat dolar menguat. Impor AS tumbuh positif 1,8%.
Dalam
kata lain, penguatan dolar membuat barang impor jadi murah dan harga di
dalam negeri menjadi rendah. Meski begitu, konsumsi tertahan akibat
cuaca dingin Pendorong ekonomi AS yang positif adalah dari sisi investasi yang naik
2%. Pengeluaran pemerintah malah turun 0,8% karena pemangkasan anggaran
yang dilakukan.
Jadi, konsumsi swasta dan investasi jadi penggerak ekonomi AS selama kuartal I-2015.
Cuaca
dingin, berarti aktivitas konstruksi melambat. Sementara penurunan
harga minyak membuat produksi melambar, dan ada pengurangan nilai
investasi. Jadi, bisnis di sektor pertambangan serta eksplorasi migas
turun 48,7% sepanjang kuartal I-2015.
Perusahaan penyedia jasa
pengeboran migas asal AS, Schlumberger memangkas anggaran investasinya
sebesar US$ 500 juta, menjadi US$ 2,5 miliar. Demikian juga dengan
Halliburton, yang memangkas investasinya 15% menjadi 2,8 miliar.
Angka pertumbuhan ini, menurut Analis Ekonomi Paul Ashworth, membuat banyak pihak khawatir pemulihan ekonomi masih jauh.
"Selama
12 bulan terakhir, ekonomi tumbuh 3%, dan kami berharap akan terus
tumbuh di kisaran itu juga pada tahun ini," ujar Ashworth.
sumber :finance.detik.com
Komentar
Posting Komentar