BI Siapkan Instrumen Tampung Dana Repatriasi Tax Amnesty

JAKARTA, Rifan Financindo Berjangka - Bank Indonesia (BI) menyatakan banyak instrumen yang bisa dipakai untuk menampung dana repatriasi kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty.

Instrumen-instrumen tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tempat pertama penempatan dana repatriasi.

"Ada beberapa opsi investasi yang memang bisa digunakan mereka yang akan merepatriasi, tergantung preferensi dan perkembangannya nanti," jelas Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara buka puasa di kantornya, Selasa (28/6/2016).

Perry menjelaskan, instrumen keuangan yang bisa dipakai antara lain obligasi, saham, dan obligasi korporasi.

Instrumen-instrumen keuangan yang dimiliki BI pun bisa digunakan untuk menampung dana-dana pertama repatriasi yang masuk.

Selain itu, para pemilik dana yang akan memulangkan dananya ke Indonesia juga bisa memanfaatkan obligasi perbankan, deposito, SBI, maupun SBN. Dana tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur.

"Properti jelas, bisa juga pendanaan infrastruktur. Ada juga kemungkinan apakah infrastruktur-infrastruktur yang berjalan bisa diakselerasi, diinvestasi berdasarkan cash flow," ungkap Perry.

Ia mengungkapkan, bank sentral pun menyiapkan instrumen keuangan sebagai tempat pertama masuknya dana-dana repatriasi tax amnesty.

Perry menjelaskan, instrumen tersebut bisa berupa medium term notes (MTN), promisory note, dan sebagainya.

"BI, OJK, dan Kementerian Keuangan akan memperbanyak instrumen-instrumen. Tempat pertama dana itu masuk ke instrumen keuangan. Relaksasi makroprudensial seperti LTV juga akan menarik," terang Perry. Bank Indonesia (BI) menyatakan, Indonesia tidak akan mengalami dampak signifikan maupun dampak langsung keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Pasalnya, kegiatan perdagangan dan investasi antara Inggris dengan Indonesia tidak besar. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, ekspor Indonesia ke Inggris maupun Uni Eropa tidak besar.

Total ekspor Indonesia ke Uni Eropa hanya 11 persen termasuk Inggris, bahkan hanya kurang dari 2 persen ekspor ke Inggris.

"Sehingga memang dampak langsung terhadap ekspor kita tidak terlalu besar. Ekspor kita kebanyakan komoditas dan lebih banyak ke China. Dampaknya pun tidak secara langsung," kata Perry kepada wartawan di kantornya, Rabu (29/6/2016).

Selain itu, sumber ekspor Indonesia sudah minus. Perry menjelaskan, saat ini sumber pertumbuhan ekonomi dari dalam negeri, seperti konsumsi domestik, konsumsi swasta dan pemerintah, serta investasi swasta dan pemerintah.

Di samping itu, dari jalur investasi, Perry pun menyatakan porsi investasi Inggris ke Indonesia masih sedikit. Inggris, kata dia, menempati urutan sepuluh penanaman modal asing (PMA) di Indonesia sehingga jumlahnya tidak besar.

"Jumlahnya tidak terlalu besar. Eropa yang besar itu Jerman, Belanda, dan Italia. PMA lebih banyak Asia dan AS. Dampak terhadap investasi tidak terlalu besar," jelas Perry.

Adapun gejolak yang terjadi di pasar beberapa waktu lalu diakui Perry disebabkan pasar terkejut dan kaget atas hasil referendum di Inggris. Belakangan kondisi pasar pun sudah berangsur membaik.Rifan Financindo Berjangka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us