Harga Minyak Mentah Melonjak 4 Persen Terpicu Penurunan Pasokan AS
Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah melonjak sekitar 4 persen pada akhir perdagangan hari Rabu di AS setelah pemerintah AS melaporkan penarikan mingguan persediaan minyak mentah lebih besar dari perkiraan.
Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan persediaan minyak mentah turun 4,1 juta barel selama seminggu hingga 24 Juni sebagai penurunan keenam pekan berturut-turut.
Hasi ini lebih dari 2,4 juta barel yang diperkirakan oleh analis dalam jajak pendapat Reuters. Kelompok perdagangan American Petroleum Institute juga telah menerbitkan penarikan mirip dengan EIA pada Selasa, meningkatkan minyak mentah berjangka setelah penutupan perdagangan kemarin.
Potensi mogoknya pekerja minyak di Norwegia dan krisis di sektor energi Venezuela juga menambahkan dukungan untuk minyak mentah berjangka.
Produksi minyak mentah AS turun 55.000 barel per hari, menurut angka mingguan awal. Yang mengikuti penurunan dari 39.000 barel per hari pada minggu sebelumnya.
Harga minyak mentah berjangka AS ditutup $ 2,03 lebih tinggi, atau 4,24 persen, pada $ 49,88 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 1,79, atau 3,7 persen, pada $ 50,38 per barel.
Namun EIA juga mengatakan persediaan bensin mengalami peningkatan besar musimnya dari 1,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 58.000 barel. Di Pantai Timur, persediaan bensin naik ke rekor tertinggi. Hal ini membuat beberapa pedagang bearish pada pandangan jangka panjang minyak mereka.
Standard Chartered memperkirakan harga minyak kembali ke $ 50 per barel karena dampak Brexit pada permintaan terbatas.
Meskipun begitu, beberapa bankir mengatakan bahwa efek keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa berlanjut untuk beberapa waktu.
“Ketidakpastian dan volatilitas … keduanya cenderung persisten untuk waktu yang lama,” kata analis Citi.
Di sisi penawaran, pemogokan besar oleh pekerja minyak Norwegia mengancam akan memangkas produksi dari produsen Laut Utara terbesar.
Di Venezuela krisis melanda, produsen minyak dan penyulingan sedang berjuang untuk mempertahankan produksi naik karena listrik padam dan kekurangan peralatan, kata para pedagang.
Meskipun sisi penawaran ketat, ada kekhawatiran bahwa terjadi kekenyangan persediaan produk olahan, terutama di Asia, yang mungkin tumpah kembali ke pasar minyak mentah sebagai penyuling memangkas produksi.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi bergerak naik dengan sentimen penurunan pasokan minyak mentah dan potensi pelemahan dolar AS . Harga diperkirakan akan menembus kisaran Resistance $ 50,40- $ 50,90, dan jika harga turun akan menembus kisaran Support $ 49,40 – $ 48,90. Rifan Financindo Berjangka
Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan persediaan minyak mentah turun 4,1 juta barel selama seminggu hingga 24 Juni sebagai penurunan keenam pekan berturut-turut.
Hasi ini lebih dari 2,4 juta barel yang diperkirakan oleh analis dalam jajak pendapat Reuters. Kelompok perdagangan American Petroleum Institute juga telah menerbitkan penarikan mirip dengan EIA pada Selasa, meningkatkan minyak mentah berjangka setelah penutupan perdagangan kemarin.
Potensi mogoknya pekerja minyak di Norwegia dan krisis di sektor energi Venezuela juga menambahkan dukungan untuk minyak mentah berjangka.
Produksi minyak mentah AS turun 55.000 barel per hari, menurut angka mingguan awal. Yang mengikuti penurunan dari 39.000 barel per hari pada minggu sebelumnya.
Harga minyak mentah berjangka AS ditutup $ 2,03 lebih tinggi, atau 4,24 persen, pada $ 49,88 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent naik $ 1,79, atau 3,7 persen, pada $ 50,38 per barel.
Namun EIA juga mengatakan persediaan bensin mengalami peningkatan besar musimnya dari 1,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 58.000 barel. Di Pantai Timur, persediaan bensin naik ke rekor tertinggi. Hal ini membuat beberapa pedagang bearish pada pandangan jangka panjang minyak mereka.
Standard Chartered memperkirakan harga minyak kembali ke $ 50 per barel karena dampak Brexit pada permintaan terbatas.
Meskipun begitu, beberapa bankir mengatakan bahwa efek keluarnya Inggris dari Uni Eropa bisa berlanjut untuk beberapa waktu.
“Ketidakpastian dan volatilitas … keduanya cenderung persisten untuk waktu yang lama,” kata analis Citi.
Di sisi penawaran, pemogokan besar oleh pekerja minyak Norwegia mengancam akan memangkas produksi dari produsen Laut Utara terbesar.
Di Venezuela krisis melanda, produsen minyak dan penyulingan sedang berjuang untuk mempertahankan produksi naik karena listrik padam dan kekurangan peralatan, kata para pedagang.
Meskipun sisi penawaran ketat, ada kekhawatiran bahwa terjadi kekenyangan persediaan produk olahan, terutama di Asia, yang mungkin tumpah kembali ke pasar minyak mentah sebagai penyuling memangkas produksi.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah berpotensi bergerak naik dengan sentimen penurunan pasokan minyak mentah dan potensi pelemahan dolar AS . Harga diperkirakan akan menembus kisaran Resistance $ 50,40- $ 50,90, dan jika harga turun akan menembus kisaran Support $ 49,40 – $ 48,90. Rifan Financindo Berjangka
Komentar
Posting Komentar