Fed Putuskan Suku Bunga Acuan Tetap, Bagaimana Reaksi Bursa AS?
Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street menguat setelah bank sentral Federal Reserve (Fed) mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu setempat, atau Kamis waktu Indonesia barat.
Dikutip dari Reuters, indeks S&P 500 naik 1,09 persen. Indeks Dow Jones naik 0,90 persen. Sedangkan indeks Nasdaq Composite naik 1,03 persen.
Fed memberikan sinyal kuat bahwa bank sentral masih akan melakukan pengetatan kebijakan keuangan di akhir tahun ini, dengan catatan jika data ketenagakerjaan di AS meningkat.
Gubernur Fed, Janet Yellen, dalam pidatonya mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS terlihat lebih kuat dan kenaikan suku bunga akan diperlukan untuk menjaga perekonomian dari tingginya inflasi.
Namun, hasil keputusan Fed ini diwarnai dissenting opinion oleh beberapa petingginya. Presiden Fed untuk Kansas Esther George, untuk Cleveland Loretta Mester dan untuk Boston Eric Rosengren tetap berpendapat bahwa suku bunga acuan AS seharusnya naik pekan ini.
Pada saat yang sama, para pemangku kebijakan di Fed juga memangkas sejumlah ekspektasi kenaikan menjadi satu dari dua, berdasarkan proyeksi median. Tiga dari 17 presiden Fed yang ikut rapat FOMC ini menyatakan suku bunga tetap hingga akhir tahun.
Para investor terlihat tidak banyak mengubah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed. Harga kontrak berjangka Fed memperlihatkan adanya kenaikan suku bunga di Desember, serta tidak ada kemungkinan menaikkan suku bunga di November.
Selain itu, ekonom juga berpendapat adanya pendapat berbeda (dissenting opinion) dari para presiden Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga memperlihatkan adanya tekanan kenaikan suku bunga yang sedang dibangun.
"Ketika Fed menunda kenaikan suku bunga, ada sekitar tiga hingga tujuh voting yang menyasar dilema keputusan yang membuat potensi kenaikan suku bunga di Desember lebih besar," kata Mohamed El-Erian, Kepala Ekonom di Allianz.
Sekadar informasi, pada Desember tahun lalu Fed memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan hingga empat kali di 2016. Namun sejak Maret, Fed terus menunda kenaikan suku bunga akibat volaitlitas pasar keuangan serta kekhawatiran inflasi AS.
Bank sentral AS tersebut terlihat lebih percaya diri pada paparannya di Rabu ini, dengan menyatakan bahwa risiko jangka pendek outlook perekonomian hampir seimbang. Artinya, para pemangku kebijakan di Fed yakin perekonomian akan melampaui estimasi.
Fed sendiri masih memiliki jadwal pertemuan di awal November dan di Desember tahun ini. Ekonom percaya bahwa para petinggi Fed akan menghindari kenaikan suku bunga di November sebab FOMC akan digelar beberapa hari sebelum Pemilu Presiden di AS.
Dikutip dari Reuters, indeks S&P 500 naik 1,09 persen. Indeks Dow Jones naik 0,90 persen. Sedangkan indeks Nasdaq Composite naik 1,03 persen.
Fed memberikan sinyal kuat bahwa bank sentral masih akan melakukan pengetatan kebijakan keuangan di akhir tahun ini, dengan catatan jika data ketenagakerjaan di AS meningkat.
Gubernur Fed, Janet Yellen, dalam pidatonya mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS terlihat lebih kuat dan kenaikan suku bunga akan diperlukan untuk menjaga perekonomian dari tingginya inflasi.
Namun, hasil keputusan Fed ini diwarnai dissenting opinion oleh beberapa petingginya. Presiden Fed untuk Kansas Esther George, untuk Cleveland Loretta Mester dan untuk Boston Eric Rosengren tetap berpendapat bahwa suku bunga acuan AS seharusnya naik pekan ini.
Pada saat yang sama, para pemangku kebijakan di Fed juga memangkas sejumlah ekspektasi kenaikan menjadi satu dari dua, berdasarkan proyeksi median. Tiga dari 17 presiden Fed yang ikut rapat FOMC ini menyatakan suku bunga tetap hingga akhir tahun.
Para investor terlihat tidak banyak mengubah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed. Harga kontrak berjangka Fed memperlihatkan adanya kenaikan suku bunga di Desember, serta tidak ada kemungkinan menaikkan suku bunga di November.
Selain itu, ekonom juga berpendapat adanya pendapat berbeda (dissenting opinion) dari para presiden Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga memperlihatkan adanya tekanan kenaikan suku bunga yang sedang dibangun.
"Ketika Fed menunda kenaikan suku bunga, ada sekitar tiga hingga tujuh voting yang menyasar dilema keputusan yang membuat potensi kenaikan suku bunga di Desember lebih besar," kata Mohamed El-Erian, Kepala Ekonom di Allianz.
Sekadar informasi, pada Desember tahun lalu Fed memberikan sinyal kenaikan suku bunga acuan hingga empat kali di 2016. Namun sejak Maret, Fed terus menunda kenaikan suku bunga akibat volaitlitas pasar keuangan serta kekhawatiran inflasi AS.
Bank sentral AS tersebut terlihat lebih percaya diri pada paparannya di Rabu ini, dengan menyatakan bahwa risiko jangka pendek outlook perekonomian hampir seimbang. Artinya, para pemangku kebijakan di Fed yakin perekonomian akan melampaui estimasi.
Fed sendiri masih memiliki jadwal pertemuan di awal November dan di Desember tahun ini. Ekonom percaya bahwa para petinggi Fed akan menghindari kenaikan suku bunga di November sebab FOMC akan digelar beberapa hari sebelum Pemilu Presiden di AS.
Rifan Financindo Berjangka
https://ptrifanfinancindoberjangkajakartastc.wordpress.com/2016/09/22/presiden-jokowi-terima-laporan-bencana-banjir-bandang-di-garut-23-orang-tewas/
Sumber : Kompas.com
Komentar
Posting Komentar