Saham Teknologi Dongkrak Penguatan Bursa Wall Street

Rifan Financindo Berjangka -- Indeks saham utama di Bursa New York ditutup menguat pada perdagangan Kamis sore waktu setempat, setelah dalam dua hari terakhir alami pelemahan. Indeks menguat dilatarbelakangi oleh data-data ekonomi AS sebelum pertemuan Federal Reserve minggu depan.

Dilansir dari laman CNBC, Jumat 16 September 2016, Dow Jones Industrial Average ditutup naik 180 poin, peningkatan tajam tersebut dikontribusi saham-saham teknologi seperti Apple yang raih keuntungan paling besar.

Kemudian, untuk Indeks S&P 500 pada penutupan kemarin tercatat juga alami peningkatan sebesar satu persen, dengan saham-saham teknologi informasi dan energi berkontribusi paling besar yaitu melebihi satu persen peningkatannya.

Kepala Strategi Investasi di State Street Global Advisors, Michael Arone, mengatakan ada tiga hal yang mendorong peningkatan saham-saham AS, yaitu pertama adalah saham apple yang naik karena kuatnya penjualan Iphone 7 yang baru di keluarkan.

Kedua, mulai terlihat jelasnya data-data terkait harga minyak dan ketiga adalah hilangkan ketidakpastian terkait kenaikan suku bunga AS yang akan dilakukan oleh Federal Reserve, setelah melihat data-data AS.

Adapun pada penutupan perdagangan kemarin, Dow Jones Industrial Average ditutup naik sebesar 177,71 poin atau 0,99 persen menjadi di level 18.212,48 dengan komponen saham tertinggi dimiliki oleh Apple.

Lalu, Indeks S&P 500 tercatat naik 21,49 poin atau 1,47 persen menjadi di level 2.147,26 dengan ditopang paling besar oleh saham teknologi informasi terkemuka. Kemudian, indeks komposit Nasdaq menguat 75,92 poin atau 1,47 persen menjadi di level 5.249,69.

Dalam indeks komposit Nasdaq tersebut, saham Apple meningkat sebesar 3,4 persen melanjutkan penguatan pada penutupan sebelumnya. Saham Iphone tersebut telah naik 12 persen dalam satu minggu dan pada empat hari berturut-turut untung dua persen.

Sedangkan, untuk volume perdagangan pada Kamis kemarin tercatat mencapai 830 juta unit saham atau turun dari Rabu yang mencapai 890 juta unit. Sedangkan, volume kompositnya mencapai 3,29 miliar unit saham.

Indeks Volatilitas CBOE (VIX), yang secara luas dianggap sebagai ukuran terbaik dari ketakutan di pasar, pada Kamis lalu diperdagangkan 11,47 persen atau lebih rendah dari rabu lalu, yang mencapai 16,06.Wall Street berangsur pulih pada akhir perdagangan kemarin waktu setempat, Kamis (15/9) setelah mencetak rally sebesar 1%. Kenaikan saham Apple ke posisi tertinggi sejak 2014 menopang kenaikan bursa saham Amerika Serikat (AS), ditambah spekulasi seputar kenaikan suku bunga acuan AS pada pekan depan.

Dilansir Reuters, Jumat (16/9/2016) saham Apple (AAPL.O) melompat sebesar 3,4% untuk memberikan dorongan peningkatan kepada tiga indeks utama. Diberitakan penjualan pertama iPhone7 plus pada periode pertama telah ludes terjual secara global.

Sementara data penjualan ritel dan kegiatan industri jauh lebih baik dari yang diharapkan pada Agustus. Di sisi lain, laporan lain menunjukkan perlambatan seperti pertumbuhan ketenagakerjaan dan kemorosotan sektor manufaktur. Kondisi ini membuat peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga mulai meredup jelang pertemuan pada pekan depan.

"Hal-hal ini menunjukkan Fed tidak perlu untuk menaikkan suku bunga pada bulan September. Rally hari ini menjadi salah satu alasannya," ucap Manajer Partner Harris Financial Group Jamie Cox.

Tercatat Dow Jones industrial average (DJI) melompat naik sebesar 0,99 persen untuk mengakhiri perdagangan kemarin di level 18.212,48, sedangkan indeks S & P 500 rally 1,01% menjadi 2.147,26. Kenaikan juga terjadi pada komposit Nasdaq sebesar 1,47% menjadi 5.249,69.

Indeks energi melesat 1,09% ketika harga minyak mentah membaik untuk mendorong saham Chevron (CVX.N) naik 1,10%. Saham Apple juga bergelombang sebesar 12% selama empat sesi. Sekitar 6,7 miliar saham diperdagangkan, tepat di atas  rata-rata harian 6,5 miliar selama 20 sesi menurut data perdagangan Thomson Reuters. Rifan Financindo Berjangka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us