Wall Street Melemah di Awal Kuartal Keempat Ini

NEW YORK  -- Rifan Financindo Berjangka -- Bursa AS ditutup di zona merah pada awal pekan kemarin (3/10). Berdasarkan data CNBC, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,3% atau 54,30 poin menjadi 18.253,85. Saham yang mencatatkan penurunan terdalam adalah Travelers Companies. Sedangkan saham dengan kenaikan tertinggi yakni saham DuPont.

Adapun indeks S&P 500 turun 7,07 poin atau 0,33% menjadi 2.161,20. Sektor real estate menorehkan penurunan terbesar di antara delapan sektor lainnya. Di sisi lain, sektor telekomunikasi merupakan sektor dengan kenaikan terbesar.

Indeks Nasdaq turun 11,13 poin atau 0,21% menjadi 5.300,87.

Penurunan bursa AS seiring langkah investor yang mengawasi data ekonomi AS. Sekadar informasi, September Markit Manufacturing PMI berada di level 51,5, level terendah dalam tiga bulan terakhir.

"Data manufaktur AS memberikan sinyal adanya kenaikan yang moderate baik di bagian volume produksi dan lapangan kerja baru di sepanjang September. Namun survei teranyar menunjukkan hilangnya momentum pertumbuhan dari posisi tertinggi Juli," papar Markit.

Selain itu, pelaku pasar juga terus mengamati pergerakan harga minyak dunia. Asal tahu saja, harga minyak mengalami kenaikan pada transaksi tadi malam dengan melonjak 1,2% menjadi US$ 48,81 per barel. 

"Saya rasa market masih mencari inspirasi saat ini. Belum ada satu pun kabar yang dapat mendorong market. Terjadinya koreksi tidak terlalu mengejutkan dan ini termasuk koreksi sehat," papar Bruce McCain, chief investment strategist Key Private Bank. 

Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) atau di awal kuartal keempat di tahun ini.

Ini setelah sektor keuangan, konsumen dan utilitas menarik indeks S&P 500 ke posisi lebih rendah.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones industrial average turun 0,3 persen menjadi 18.253,85 poin dan S&P 500 kehilangan 0,33 persen menjadi 2.161,2 poin. Sementara indeks Nasdaq Composite tergelincir 0,21 persen menjadi 5.300,87 poin.

Dalam beberapa pekan terakhir, indeks utama bergerak berfluktuatif. Ini karena investor gugup tentang hasil yang ketat pada persaingan memperebutkan posisi Presiden Amerika Serikat (AS) menjelang pemilihan umum pada 8 November.

Kemudian, bank-bank besar memperpanjang penurunannya baru-baru ini karena investor khawatir tentang kondisi stabilitas Deutsche Bank dan Wells Fargo & terkait masalah pelanggaran penjualan.

Sementara saham di luar AS yang terdaftar dari Deutsche tergelincir 0,85 persen, karena harapan investor memudar tentang adanya kesepakatan yang cepat dengan otoritas AS atas sanksi multi-miliar dolar untuk kesalahan penjualan sekuritas berbasis mortgage tersebut.

"Rasanya akan ada negosiasi yang bisa menurunkan penalti, tapi pastinya pasar saat ini sedikit overhang secara keseluruhan," kata Tim Ghriskey, Kepala Investasi Solaris Group di Bedford Hills, New York.

Adapun indeks keuangan S & P 500 susut 0,43 persen, dengan saham Wells Fargo turun 1,02 persen atau ke level terendah sejak Desember 2013.

Hal yang juga membebani sentimen investor adalah rencana pengumuman Inggris pada hari Minggu untuk memulai pemisahan dari Uni Eropa pada bulan Maret.

Sekitar 5,9 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, jauh di bawah 7,1 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.

Sementara saham yang menguat adalah milik Tesla Motors yang melonjak 4,74 persen, setelah produsen mobil listrik mengatakan pengiriman kuartal ketiga naik 70 persen menjadi 24.500 mobil.

Kemudian saham Cabela yang melonjak 15,02 persen setelah perusahaan pengecer ini mengaku akan diakuisisi Bass Pro Shops dalam kesepakatan senilai sekitar US$ 5,5 miliar.


https://ptrifanfinancindoberjangkajakartastc.wordpress.com/2016/10/04/wall-street-melemah-di-awal-kuartal-keempat-ini/

Rifan Financindo Berjangka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us