Tekanan Masih Membayangi IHSG di Akhir Pekan
JAKARTA, Rifan Financindo Berjangka - Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini Jumat (25/11/2016)
diperkirakan masih akan mengalami tekanan dalam rentang pergerakan
5.065-5.175.
Pada perdagangan Kamis (24/11/2016) IHSG kembali tergerus 104,27 poin (dua persen) di level 5107,62 dengan volume yang cukup tinggi.
Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan penyebabnya antara lain kurs rupiah yang melemah 0,5 persen terhadap dollar AS dan kekhawatiraan percepatan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).
"Seluruh sektor mengalami pelemahan dipimpin sektor aneka industri. Sedangkan, sektor pertanian menguat 1,12 persen, indikasi aksi swing investor domestik pada emiten pertanian," tulis Lanjar melalui keterangan pers, Jumat.
Dia mengatakan, harga minyak dunia yang naik 2 persen dan kesepakatan Irak memangkas produksinya, tidak mampu membendung aksi jual investor asing.
Pada perdagangan Kamis, asing kembali mencatatkan net sell sebesar Rp 406,08 miliar. Lanjar mengatakan, mayoritas bursa Asia ditutup variatif, dengan Jepang memimpin penguatan. Faktor penyebabnya adalah depresiasi nilai tukar Yen dan rilis data indeks kepercayaan konsumen di Jepang yang meningkat menjadi 112,7, di atas ekspektasi pasar.
Sementara itu, bursa Eropa dibuka sedikit berubah setelah pertumbuhan PDB di Jerman dan Spanyol stabil, seiring penantian data kepercayaan konsumen di Jerman.
"Harga emas yang diperdagangkan mendekati level terendah menjadi alasan ekuitas di Eropa kembali optimis pada perdagangan hari ini. Sentimen di akhir pekan akan ada respon dari tingkat kemampuan konsumen dan capital flow di Jepang serta pertumbuhan PDB di Inggris," kata Lanjar.
Pada perdagangan Kamis (24/11/2016) IHSG kembali tergerus 104,27 poin (dua persen) di level 5107,62 dengan volume yang cukup tinggi.
Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan penyebabnya antara lain kurs rupiah yang melemah 0,5 persen terhadap dollar AS dan kekhawatiraan percepatan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).
"Seluruh sektor mengalami pelemahan dipimpin sektor aneka industri. Sedangkan, sektor pertanian menguat 1,12 persen, indikasi aksi swing investor domestik pada emiten pertanian," tulis Lanjar melalui keterangan pers, Jumat.
Dia mengatakan, harga minyak dunia yang naik 2 persen dan kesepakatan Irak memangkas produksinya, tidak mampu membendung aksi jual investor asing.
Pada perdagangan Kamis, asing kembali mencatatkan net sell sebesar Rp 406,08 miliar. Lanjar mengatakan, mayoritas bursa Asia ditutup variatif, dengan Jepang memimpin penguatan. Faktor penyebabnya adalah depresiasi nilai tukar Yen dan rilis data indeks kepercayaan konsumen di Jepang yang meningkat menjadi 112,7, di atas ekspektasi pasar.
Sementara itu, bursa Eropa dibuka sedikit berubah setelah pertumbuhan PDB di Jerman dan Spanyol stabil, seiring penantian data kepercayaan konsumen di Jerman.
"Harga emas yang diperdagangkan mendekati level terendah menjadi alasan ekuitas di Eropa kembali optimis pada perdagangan hari ini. Sentimen di akhir pekan akan ada respon dari tingkat kemampuan konsumen dan capital flow di Jepang serta pertumbuhan PDB di Inggris," kata Lanjar.
Laju indeks harga saham
gabungan (IHSG) diproyeksi dapat kembali ke jalur hijau, menguat setelah
ditutup pada zona merah, Kamis kemarin, 24 November 2016.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, laju IHSG saat ini lebih dipengaruhi dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cenderung mengalami pelemahan.
"Kondisi pelemahan nilai tukar masih memberikan tekanan terhadap pola gerak IHSG," ujar William di Jakarta, Jumat, 25 November 2016.
Namun, menurutnya, IHSG dapat dipertahankan dengan baik jika melihat kestabilan fundamental perekonomian. Ditambah penguatan harga komoditas yang terjadi "Hari ini IHSG berpotensi menguat," katanya.
Hari ini, menurut William, IHSG sedang menguji batas bawah atau support di level 5.088 dan batas atas atau meraih resistance level 5.291.
Jika terjadi koreksi wajar, kata William, investor dapat memanfaatkan momentum tersebut dengan membeli dan mengakumulasi saham-saham pilihan diantaranya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PR Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Tbk (UNVR).
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Gas Negara Tbk (PGAS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, laju IHSG saat ini lebih dipengaruhi dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cenderung mengalami pelemahan.
"Kondisi pelemahan nilai tukar masih memberikan tekanan terhadap pola gerak IHSG," ujar William di Jakarta, Jumat, 25 November 2016.
Namun, menurutnya, IHSG dapat dipertahankan dengan baik jika melihat kestabilan fundamental perekonomian. Ditambah penguatan harga komoditas yang terjadi "Hari ini IHSG berpotensi menguat," katanya.
Hari ini, menurut William, IHSG sedang menguji batas bawah atau support di level 5.088 dan batas atas atau meraih resistance level 5.291.
Jika terjadi koreksi wajar, kata William, investor dapat memanfaatkan momentum tersebut dengan membeli dan mengakumulasi saham-saham pilihan diantaranya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PR Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Tbk (UNVR).
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Gas Negara Tbk (PGAS), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
Rifan Financindo Berjangka
Komentar
Posting Komentar