Harga Minyak Melonjak, IHSG Diramalkan Menanjak
Jakarta, PT Rifan Financindo -- Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) diprediksi melanjutkan penguatannya secara terbatas pada
perdagangan hari ini, Kamis (1/12), ditopang saham-saham berbasiskan
energi karena naiknya harga komoditas minyak mentah.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, pasar saham global tutup bervariasi. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx tercatat berhasil menguat 0,43 persen di 3.051,61.
Sementara, di Wall Street AS, indeks Dow Jones stagnan di 19.123,58. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing terkoreksi 0,3 persen dan 1 persen di 2.198,81 dan 5.323,68.
"Saham sektor energi naik ditopang kenaikan harga minyak mentah tadi malam di AS hingga 8,4 persen di US$49 per barel menyusul disepakatinya pemotongan produksi minyak OPEC untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir," ungkap David dalam risetnya, dikutip Kamis (1/12).
Adapun, IHSG pada perdagangan akhir November kemarin berhasil melanjutkan penguatannya secara terbatas sebesar 12,243 poin (0,24 persen) ke level 5.148. Penguatan tersebut ditopang oleh saham perbankan, properti, infrastruktur, dan jasa konstriksi.
Sementara, aksi jual cenderung melanda saham berbasiskan komoditas menyusul koreksi harga sejumlah komoditas pertambangan logam dan batubara.
Pada perdagangan hari ini, David memprediksi IHSG bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi dan berpeluang melanjutkan penguatannya secara terbatas. Ia memprediksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.130 dan resisten 5.180.
Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang memprediksi IHSG menguat tipis disebabkan nilai tukar rupiah terhadap AS yang sedang menuju Rp13.600. Dalam risetnya, ia memprediksi rupiah bergerak dalam rentang harga Rp13.450 hingga Rp13.640. Sedangkan, IHSG diprediksi berada dalam support 5.103 dan resisten 5.188.
"Rupiah yang akan terus melemah menjadi faktor IHSG menguat tipis, dimotori bargain hunting saham komoditas kecuali emas pada hari ini," ungkap Edwin dalam risetnya.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menyatakan, pasar saham global tutup bervariasi. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx tercatat berhasil menguat 0,43 persen di 3.051,61.
Sementara, di Wall Street AS, indeks Dow Jones stagnan di 19.123,58. Indeks S&P dan Nasdaq masing-masing terkoreksi 0,3 persen dan 1 persen di 2.198,81 dan 5.323,68.
"Saham sektor energi naik ditopang kenaikan harga minyak mentah tadi malam di AS hingga 8,4 persen di US$49 per barel menyusul disepakatinya pemotongan produksi minyak OPEC untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir," ungkap David dalam risetnya, dikutip Kamis (1/12).
Adapun, IHSG pada perdagangan akhir November kemarin berhasil melanjutkan penguatannya secara terbatas sebesar 12,243 poin (0,24 persen) ke level 5.148. Penguatan tersebut ditopang oleh saham perbankan, properti, infrastruktur, dan jasa konstriksi.
Sementara, aksi jual cenderung melanda saham berbasiskan komoditas menyusul koreksi harga sejumlah komoditas pertambangan logam dan batubara.
Pada perdagangan hari ini, David memprediksi IHSG bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi dan berpeluang melanjutkan penguatannya secara terbatas. Ia memprediksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.130 dan resisten 5.180.
Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang memprediksi IHSG menguat tipis disebabkan nilai tukar rupiah terhadap AS yang sedang menuju Rp13.600. Dalam risetnya, ia memprediksi rupiah bergerak dalam rentang harga Rp13.450 hingga Rp13.640. Sedangkan, IHSG diprediksi berada dalam support 5.103 dan resisten 5.188.
"Rupiah yang akan terus melemah menjadi faktor IHSG menguat tipis, dimotori bargain hunting saham komoditas kecuali emas pada hari ini," ungkap Edwin dalam risetnya.
Pasar saham Asia dibuka naik tipis, seiring
kenaikan minyak mentah dunia pasca pertemuan OPEC. Meski demikian,
kenaikan yang terjadi tidak besar, lantaran pasar saham Amerika masih
mengalami tekanan.
Ekuitas Asia, pasar saham Australia naik 0,7% dan pasar saham Jepang, Nikkei N225, naik lebih dari karena yen Jepang melemah mencapai puncak 11-bulan. Indeks MSCI dari pasar saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1%.
Pasar saham Asia gagal menarik banyak insentif dari Wall Street, karena pasar saham Amerika tersebut sebagian besar berakhir lebih rendah terutama pada sektor utilitas dan teknologi mengimbangi lonjakan energi ini.
Di sisi lain, harga minyak mentah, dolar AS dan yield obligasi Amerika naik tajam seiring dengan langkah OPEC untuk memangkas produksi minyak mentah mereka. OPEC sepakat untuk memangkas output yang pertama sejak 2008, dengan Arab Saudi menerima pemotongan besar pada produksinya.
Selain OPEC, negara Non-OPEC Rusia juga akan bergabung untuk memangkas output untuk pertama kalinya dalam 15 tahun guna membantu OPEC mendorong harga minyak.
Ekuitas Asia, pasar saham Australia naik 0,7% dan pasar saham Jepang, Nikkei N225, naik lebih dari karena yen Jepang melemah mencapai puncak 11-bulan. Indeks MSCI dari pasar saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1%.
Pasar saham Asia gagal menarik banyak insentif dari Wall Street, karena pasar saham Amerika tersebut sebagian besar berakhir lebih rendah terutama pada sektor utilitas dan teknologi mengimbangi lonjakan energi ini.
Di sisi lain, harga minyak mentah, dolar AS dan yield obligasi Amerika naik tajam seiring dengan langkah OPEC untuk memangkas produksi minyak mentah mereka. OPEC sepakat untuk memangkas output yang pertama sejak 2008, dengan Arab Saudi menerima pemotongan besar pada produksinya.
Selain OPEC, negara Non-OPEC Rusia juga akan bergabung untuk memangkas output untuk pertama kalinya dalam 15 tahun guna membantu OPEC mendorong harga minyak.
PT Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar