Harga Minyak Tergelincir Usai Capai Level Tertinggi dalam Setahun
NEW YORK, Rifan Financindo - Harga minyak mentah
global tergelincir setelah mencapai level tertinggi setahun, pada
Selasa, setelah lonjakan beberapa hari sejak kesepakatan pemangkasan
produksi oleh organisasi negara-negara eksportir minyak dunia (OPEC).
Harga acuan minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun 86 sen (1,7 persen) ke level 50,93 dollar AS per barel. Sementara itu, harga acuan minyak Brent turun 1,01 dollar AS (1,8 persen) menjadi 53,93 dollar AS per barel.
Banyak pedagang dan analis menjadi lebih percaya diri melihat kemungkinan OPEC untuk menindaklanjuti kesepakatan. Namun, masih banyak juga orang percaya anggota OPEC akan melanggar kuota baru.
Pada Selasa lalu, data menunjukkan prediksi peningkatan bulanan setelah November. Peningkatan stok minyak Amerika Serikat juga dapat membebani harga.
"Kami selalu mengatakan di berita, harga akan bergerak naik. Kemudian aksi jual terjadi saat pasar menemukan bukti pemotongan, dan kemudian naik lebih tinggi," kata Amrita Sen, kepala analis minyak Energy Aspects yang berbasis di London sebagaimana dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (7/12/2016).
Sayangnya, broker dan pedagang tidak menemukan bukti itu pada Selasa. Beberapa data menunjukkan output dari OPEC telah terus berkembang. Presiden Auspice Tim Pickering mengatakan, hal tersebut membuat OPEC lebih sulit merealisasikan target pemotongan.
Banyak pedagang yang khawatir masih tumbuhnya produksi, dan mempertanyakan pertemuan OPEC dan negara produsen minyak di luar kartel, yang direncanakan pada 10 Desember.
OPEC ingin rekan-rekan non-OPEC memangkas 600.000 barel per hari (bph). Commerzbank juga meragukan komitmen produsen terbesar OPEC, Arab Saudi, dan memperkirakan mereka akan menunggu Januari untuk menyesuaikan produksi.
Arab Saudi telah menurunkan harga untuk konsumen Asia, demi mempertahankan pangsa pasar. Direktur Divisi Berajangka di Mizuho Securities USA Inc Bob Mizuho mengatakan, jika Iran juga memotong harga, itu bisa jadi masalah besar bagi harga minyak.
Harga acuan minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari turun 86 sen (1,7 persen) ke level 50,93 dollar AS per barel. Sementara itu, harga acuan minyak Brent turun 1,01 dollar AS (1,8 persen) menjadi 53,93 dollar AS per barel.
Banyak pedagang dan analis menjadi lebih percaya diri melihat kemungkinan OPEC untuk menindaklanjuti kesepakatan. Namun, masih banyak juga orang percaya anggota OPEC akan melanggar kuota baru.
Pada Selasa lalu, data menunjukkan prediksi peningkatan bulanan setelah November. Peningkatan stok minyak Amerika Serikat juga dapat membebani harga.
"Kami selalu mengatakan di berita, harga akan bergerak naik. Kemudian aksi jual terjadi saat pasar menemukan bukti pemotongan, dan kemudian naik lebih tinggi," kata Amrita Sen, kepala analis minyak Energy Aspects yang berbasis di London sebagaimana dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (7/12/2016).
Sayangnya, broker dan pedagang tidak menemukan bukti itu pada Selasa. Beberapa data menunjukkan output dari OPEC telah terus berkembang. Presiden Auspice Tim Pickering mengatakan, hal tersebut membuat OPEC lebih sulit merealisasikan target pemotongan.
Banyak pedagang yang khawatir masih tumbuhnya produksi, dan mempertanyakan pertemuan OPEC dan negara produsen minyak di luar kartel, yang direncanakan pada 10 Desember.
OPEC ingin rekan-rekan non-OPEC memangkas 600.000 barel per hari (bph). Commerzbank juga meragukan komitmen produsen terbesar OPEC, Arab Saudi, dan memperkirakan mereka akan menunggu Januari untuk menyesuaikan produksi.
Arab Saudi telah menurunkan harga untuk konsumen Asia, demi mempertahankan pangsa pasar. Direktur Divisi Berajangka di Mizuho Securities USA Inc Bob Mizuho mengatakan, jika Iran juga memotong harga, itu bisa jadi masalah besar bagi harga minyak.
Sementara
itu, Rusia melaporkan rata-rata produksi minyak pada November sebesar
11,21 juta barel per hari, tertinggi dalam hampir 30 tahun. Itu berarti
OPEC dan Rusia sendiri memproduksi cukup untuk menutupi hampir setengah
dari permintaan minyak global.
OPEC pada 30 November memutuskan untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari, menetapkan pagu produksi minyak di 32,5 juta barel per hari.
Pengurangan produksi ini berlaku mulai 1 Januari 2017, merupakan pemotongan produksi minyak pertama kartel sejak 2008. Pengurangan ini dikoordinasikan dengan negara produsen non-OPEC, Rusia, yang berjanji akan memangkas produksinya 300.000 barel per hari Di sisi lain, para analis telah memperingatkan bahwa harga minyak yang lebih tinggi akan mendorong produksi minyak serpih (shale oil) AS dan kemudian membawa harga turun kembali.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun USD0,86 menjadi menetap di USD50,93 per barel di New York Mercantile Exchange.
OPEC pada 30 November memutuskan untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari, menetapkan pagu produksi minyak di 32,5 juta barel per hari.
Pengurangan produksi ini berlaku mulai 1 Januari 2017, merupakan pemotongan produksi minyak pertama kartel sejak 2008. Pengurangan ini dikoordinasikan dengan negara produsen non-OPEC, Rusia, yang berjanji akan memangkas produksinya 300.000 barel per hari Di sisi lain, para analis telah memperingatkan bahwa harga minyak yang lebih tinggi akan mendorong produksi minyak serpih (shale oil) AS dan kemudian membawa harga turun kembali.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun USD0,86 menjadi menetap di USD50,93 per barel di New York Mercantile Exchange.
Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar