Pertamina: Pembekuan Sementara Keanggotaan OPEC Pilihan Rasional
JAKARTA, Rifanfinancindo - PT Pertamina (Persero) mendukung penuh keputusan pemerintah untuk membekukan sementara keanggotaan Indonesia dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Keputusan tersebut diambil dalam Sidang ke 171 OPEC di Wina, Austria.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan pembekuan sementara keanggotaan Indonesia dalam OPEC merupakan pilihan rasional dengan mempertimbangkan material balance minyak Indonesia saat ini.
Pemangkasan produksi 1,2 juta barel per hari di luar kondensat yang selanjutnya mengharuskan Indonesia memangkas produksi 5 persen atau sekitar 37.000 barel per hari akan berdampak cukup signifikan bagi industri migas dan juga ketahanan energi nasional.
Menurut Dwi, saat ini Indonesia justru memerlukan peningkatan produksi minyak mentah untuk mengurangi impor sehingga berapapun peningkatan yang berhasil dilakukan akan sangat berarti.
Apabila Indonesia tidak mengambil keputusan strategis ini, artinya impor minyak mentah Indonesia akan semakin tinggi.
"Dengan demikian, keputusan pemerintah ini sangat rasional dan realistis untuk kondisi Indonesia saat ini," ujar Dwi, Jumat (2/12/2016).
Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ini menuturkan, Indonesia mengimpor sekitar 50 persen atau sekitar 430.000 barel per hari kebutuhan minyak mentah untuk pengolahan di kilang nasional.
Tekan Impor
Pertamina terus melakukan upaya-upaya menekan impor minyak mentah, di antaranya melalui peningkatan produksi perusahaan di dalam negeri, meningkatkan pembelian minyak mentah domestik bagian Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS), dan peningkatan produksi dari aset di luar negeri.
Untuk produksi minyak mentah Pertamina di Indonesia, hingga September 2016 rata-ratanya mencapai 223.000 barel per hari atau naik 12 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pembelian dari KKKS naik menjadi sekitar 12.000 barel per hari dari tahun lalu hanya sekitar 4 ribu barel per hari.
Sebagai perusahaan minyak nasional, Pertamina juga melakukan ekspansi bisnis hulu ke luar negeri. Sampai dengan September 2016 lalu, produksi minyak (net to share) Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi mencapai 86.000 barel per hari.
Sedangkan gasnya mencapai 207 mmscfd sehingga produksi migas PIEP sampai dengan sembilan bulan pertama 2016 mencapai 122.000 barel setara minyak per hari.
"Sampai dengan akhir tahun ini Pertamina menargetkan lifting minyak mentah dari hasil produksi PIEP (net to share) tidak kurang dari 13,63 juta barel," terangnya.
Keputusan tersebut diambil dalam Sidang ke 171 OPEC di Wina, Austria.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan pembekuan sementara keanggotaan Indonesia dalam OPEC merupakan pilihan rasional dengan mempertimbangkan material balance minyak Indonesia saat ini.
Pemangkasan produksi 1,2 juta barel per hari di luar kondensat yang selanjutnya mengharuskan Indonesia memangkas produksi 5 persen atau sekitar 37.000 barel per hari akan berdampak cukup signifikan bagi industri migas dan juga ketahanan energi nasional.
Menurut Dwi, saat ini Indonesia justru memerlukan peningkatan produksi minyak mentah untuk mengurangi impor sehingga berapapun peningkatan yang berhasil dilakukan akan sangat berarti.
Apabila Indonesia tidak mengambil keputusan strategis ini, artinya impor minyak mentah Indonesia akan semakin tinggi.
"Dengan demikian, keputusan pemerintah ini sangat rasional dan realistis untuk kondisi Indonesia saat ini," ujar Dwi, Jumat (2/12/2016).
Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ini menuturkan, Indonesia mengimpor sekitar 50 persen atau sekitar 430.000 barel per hari kebutuhan minyak mentah untuk pengolahan di kilang nasional.
Tekan Impor
Pertamina terus melakukan upaya-upaya menekan impor minyak mentah, di antaranya melalui peningkatan produksi perusahaan di dalam negeri, meningkatkan pembelian minyak mentah domestik bagian Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS), dan peningkatan produksi dari aset di luar negeri.
Untuk produksi minyak mentah Pertamina di Indonesia, hingga September 2016 rata-ratanya mencapai 223.000 barel per hari atau naik 12 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pembelian dari KKKS naik menjadi sekitar 12.000 barel per hari dari tahun lalu hanya sekitar 4 ribu barel per hari.
Sebagai perusahaan minyak nasional, Pertamina juga melakukan ekspansi bisnis hulu ke luar negeri. Sampai dengan September 2016 lalu, produksi minyak (net to share) Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi mencapai 86.000 barel per hari.
Sedangkan gasnya mencapai 207 mmscfd sehingga produksi migas PIEP sampai dengan sembilan bulan pertama 2016 mencapai 122.000 barel setara minyak per hari.
"Sampai dengan akhir tahun ini Pertamina menargetkan lifting minyak mentah dari hasil produksi PIEP (net to share) tidak kurang dari 13,63 juta barel," terangnya.
Rifanfinancindo
Komentar
Posting Komentar