Harga Minyak Menguat di Tengah Kenaikan Stok AS
Jakarta, PT Rifan Financindo -- Harga minyak
meningkat pada perdagangan Kamis (23/2) waktu Amerika Serikat (AS).
Kendati demikian, penguatan harga minyak tertahan oleh kenaikan
persediaan minyak mentah.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suplai minyak bisa meredam dampak yang diinginkan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang memangkas produksi.
Dikutip dari Reuters, sebuah sumber mengatakan bahwa tingkat kepatuhan anggota OPEC dan beberapa non-OPEC terhadap kebijakan pembatasan produksi mencapai 86 persen pada bulan Januari silam. Sebelumnya, sumber lain mengatakan, tingkat kepatuhan malah sempat mencapai 90 persen.
Meski OPEC masih patuh terhadap kebijakan pembatasan, persediaan minyak mentah AS malah terlihat meningkat.
Data Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan, persediaan minyak AS meningkat 564 ribu barel pada pekan lalu. Ini merupakan peningkatan suplai selama tujuh pekan berturut-turut.
Di sisi lain, persediaan di hub minyak berjangka di Cushing, negara bagian Oklahoma malah turun 1,5 juta barel yang disebabkan oleh tingginya ekspor minyak AS.
Di tengah berbagai sentimen tersebut, harga minyak Brent tetap naik US$0,74 ke angka US$56,58 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menanjak US$0,86 ke angka UD$54,45 per barel.
Kedua harga minyak acuan tersebut bergerak dalam rentang harga yang pendek sejak OPEC mengumumkan pembatasan produksi, yaitu US$4 per barel. Ini membuat analis meragukan tingginya tingkat kepatuhan kebijakan pemangkasan produksi OPEC karena pergerakan harga minyak ternyata hanya dalam rentang pendek.
Sebagai informasi, OPEC and produsen minyak lain termasuk Rusia sepakat memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari mulai awal tahun ini demi mendongkrak kembali harga minyak.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suplai minyak bisa meredam dampak yang diinginkan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang memangkas produksi.
Dikutip dari Reuters, sebuah sumber mengatakan bahwa tingkat kepatuhan anggota OPEC dan beberapa non-OPEC terhadap kebijakan pembatasan produksi mencapai 86 persen pada bulan Januari silam. Sebelumnya, sumber lain mengatakan, tingkat kepatuhan malah sempat mencapai 90 persen.
Meski OPEC masih patuh terhadap kebijakan pembatasan, persediaan minyak mentah AS malah terlihat meningkat.
Data Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan, persediaan minyak AS meningkat 564 ribu barel pada pekan lalu. Ini merupakan peningkatan suplai selama tujuh pekan berturut-turut.
Di sisi lain, persediaan di hub minyak berjangka di Cushing, negara bagian Oklahoma malah turun 1,5 juta barel yang disebabkan oleh tingginya ekspor minyak AS.
Di tengah berbagai sentimen tersebut, harga minyak Brent tetap naik US$0,74 ke angka US$56,58 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menanjak US$0,86 ke angka UD$54,45 per barel.
Kedua harga minyak acuan tersebut bergerak dalam rentang harga yang pendek sejak OPEC mengumumkan pembatasan produksi, yaitu US$4 per barel. Ini membuat analis meragukan tingginya tingkat kepatuhan kebijakan pemangkasan produksi OPEC karena pergerakan harga minyak ternyata hanya dalam rentang pendek.
Sebagai informasi, OPEC and produsen minyak lain termasuk Rusia sepakat memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari mulai awal tahun ini demi mendongkrak kembali harga minyak.
PT Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar