Banjir Stok Melebihi Permintaan, Harga Minyak Jatuh ke 54,01 Dollar AS
NEW YORK, PT Rifan Financindo - Harga minyak dunia
pada Selasa terbenam kekhawatiran kenaikan stok minyak mentah AS, namun
kerugian minyak berjangka dikupas tajam pada perdagangan sore harinya
setelah survei Reuters melaporkan pemotongan produksi minyak OPEC akan
berlanjut.
Pada Rabu (1/3/2017), patokan minyak West Texas Intermediate (WTI) turun empat sen ke level 54,01 dollar AS per barel. Sedangkan patokan Brent turun 37 sen ke level 55,56 dollar AS per barel.
Data dari grup industri American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS naik dalam tujuh pekan sebesar 2,9 juta barel pekan lalu dan diperkirakan mencapai kenaikan tertinggi hingga pekan kedelapan.
Kenaikan stok mengkhawatirkan karena menunjukkan permintaan global tak cukup untuk menyerap kelebihan pasokan minyak mentah.
Pada Februari, pasokan dari 11 anggota OPEC telah berkurang sekitar 29,87 juta barel per hari (bph), lebih rendah dari Januari yang sebesar 29,96 juta bph dan Desember 2016 yang mencapai 31,17 juta bph.
Anggota OPEC telah mencapai kepatuhan sebesar 94 persen. Kepatuhan perjanjian ini cukup mengejutkan pasar, dan Uni Emirates Arab pun berkomitmen untuk mengejar target.
"Tanpa ketaatan penuh dari kartel OPEC dan produsen non-OPEC serta tanda kenaikan permintaan, maka posisi kita sulit untuk terkoreksi," kata Gene McGillian, manajer riset dari Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
OPEC sepakat untuk memotong 1,2 juta bph sejak 1 Januari, yang merupakan pemotongan produksi pertama setelah delapan tahun.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, sejumlah analis dan ekonom berharap rata-rata harga Brent akan menyentuh 57,52 dollar AS per barel.
Pada Rabu (1/3/2017), patokan minyak West Texas Intermediate (WTI) turun empat sen ke level 54,01 dollar AS per barel. Sedangkan patokan Brent turun 37 sen ke level 55,56 dollar AS per barel.
Data dari grup industri American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS naik dalam tujuh pekan sebesar 2,9 juta barel pekan lalu dan diperkirakan mencapai kenaikan tertinggi hingga pekan kedelapan.
Kenaikan stok mengkhawatirkan karena menunjukkan permintaan global tak cukup untuk menyerap kelebihan pasokan minyak mentah.
Pada Februari, pasokan dari 11 anggota OPEC telah berkurang sekitar 29,87 juta barel per hari (bph), lebih rendah dari Januari yang sebesar 29,96 juta bph dan Desember 2016 yang mencapai 31,17 juta bph.
Anggota OPEC telah mencapai kepatuhan sebesar 94 persen. Kepatuhan perjanjian ini cukup mengejutkan pasar, dan Uni Emirates Arab pun berkomitmen untuk mengejar target.
"Tanpa ketaatan penuh dari kartel OPEC dan produsen non-OPEC serta tanda kenaikan permintaan, maka posisi kita sulit untuk terkoreksi," kata Gene McGillian, manajer riset dari Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
OPEC sepakat untuk memotong 1,2 juta bph sejak 1 Januari, yang merupakan pemotongan produksi pertama setelah delapan tahun.
Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, sejumlah analis dan ekonom berharap rata-rata harga Brent akan menyentuh 57,52 dollar AS per barel.
Harga
minyak berjangka Amerika Serikat (AS) berakhir menguat karena para
investor menunjukkan keyakinan mereka bahwa harga-harga akan naik lebih
jauh.
Menurut Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS (CFTC), manajer investasi meningkatkan "bullish" minyak mentah berjangka AS. Namun, para analis mengatakan kenaikan harga minyak AS dibatasi karena data menunjukkan persediaan minyak mentah di negara ini terus meningkat.
Menurut data yang dirilis oleh perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes, rig-rig AS yang diklasifikasikan sebagai pengeboran minyak naik lima rig menjadi 602 rig pekan lalu. Ini adalah pertama kalinya rig minyak AS melampaui jumlah 600 sejak Oktober 2015.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik USD0,06 menjadi menetap di USD54,05 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, turun USD0,06 menjadi ditutup pada USD55,93 per barel di London ICE Futures Exchange.
Menurut Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS (CFTC), manajer investasi meningkatkan "bullish" minyak mentah berjangka AS. Namun, para analis mengatakan kenaikan harga minyak AS dibatasi karena data menunjukkan persediaan minyak mentah di negara ini terus meningkat.
Menurut data yang dirilis oleh perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes, rig-rig AS yang diklasifikasikan sebagai pengeboran minyak naik lima rig menjadi 602 rig pekan lalu. Ini adalah pertama kalinya rig minyak AS melampaui jumlah 600 sejak Oktober 2015.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik USD0,06 menjadi menetap di USD54,05 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, turun USD0,06 menjadi ditutup pada USD55,93 per barel di London ICE Futures Exchange.
PT Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar