Momentum the Fed Berlalu, IHSG Diprediksi Tertekan
JAKARTA, Rifan Financindo - Melihat minimnya sentimen yang
mempengaruhi pasar pekan ini, pergerakan komoditas dan nilai tukar
diprediksikan bakal menjadi faktor utama pergerakan bursa global.
Aksi beli fantastis paska-momentum Fed Rate sudah berlalu, sehingga pada pekan ini bursa global diperkirakan terkoreksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri juga diperkirakan sedikit alami tekanan.
"Di awal pekan, rentang pergerakan di kisaran 5.446-5.550," kata analis dari Reliance Securities Lanjar Nafi melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (20/3/2017).
Saham-saham yang masih dapat diperhatikan untuk pekan ini diantaranya ANTM, LPCK, MLPL, dan TINS.
Pekan lalu, IHSG mengawali pekan dengan menguat optimistis dengan aksi beli investor yang terlihat cukup tinggi.
Outlook pertumbuhan kredit Indonesia yang diperkirakan cukup baik pada tahun ini mampu menjadi pendorong penguatan IHSG. Menjelang akhir pekan, seakan merasa terlepas dari ketidakpastian sentimen The Fed, mayoritas bursa di global optimistis. The Fed sesuai ekspektasi menaikan suku bunga 25 basis poin menjadi satu persen.
"IHSG bergerak optimistis sejak awal sesi perdagangan dan ditutup mengalami penguatan terbesar pada tahun ini. Bank Indonesia pun mengambil langkah aman dengan menahan suku bunga di level 4,75 persen," ucap Lanjar.
IHSG ditutup naik 22,19 poin sebesar 0,40 persen di level 5.540,43 dengan aksi beli investor asing yang tercatat net buy sebesar Rp 2,48 triliun.
Indeks sektor keuangan memimpin penguatan, sedangkan indeks sektor aneka industri berbalik menjadi penekan di akhir pekan.
Bursa Asia dan Eropa
Bursa Asia membuka pekan dengan pergerakan optimistis seiring laporan data pekerja Amerika Serikat yang menjadi sinyal kenaikan suku bunga The Fed. Indeks Hang Seng melonjak tersbesar sajak November tahun lalu.
Bursa Eropa pun mengikuti penguatan bursa Asia. Di tengah pekan, bursa Asia kembali terkonsolidasi pergerakan mendatar menyelimuti sentimen pertemuan bank sentral di tengah pekan.
Aksi tunggu investor menjadi trigger pergerakan mendatar dan cendrung tertekan. Di akhir pekan, bursa Asia cenderung terkoreksi dipimpin oleh indeks saham China yang melemah lebih dari satu persen.
"Optimisme yang dinilai terlalu berlebihan pasca kepastian suku bunga The Fed menjadi salah satu alasan investor melakukan aksi jual di akhir pekan," kata Lanjar.
Rifan Financindo
Aksi beli fantastis paska-momentum Fed Rate sudah berlalu, sehingga pada pekan ini bursa global diperkirakan terkoreksi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri juga diperkirakan sedikit alami tekanan.
"Di awal pekan, rentang pergerakan di kisaran 5.446-5.550," kata analis dari Reliance Securities Lanjar Nafi melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (20/3/2017).
Saham-saham yang masih dapat diperhatikan untuk pekan ini diantaranya ANTM, LPCK, MLPL, dan TINS.
Pekan lalu, IHSG mengawali pekan dengan menguat optimistis dengan aksi beli investor yang terlihat cukup tinggi.
Outlook pertumbuhan kredit Indonesia yang diperkirakan cukup baik pada tahun ini mampu menjadi pendorong penguatan IHSG. Menjelang akhir pekan, seakan merasa terlepas dari ketidakpastian sentimen The Fed, mayoritas bursa di global optimistis. The Fed sesuai ekspektasi menaikan suku bunga 25 basis poin menjadi satu persen.
"IHSG bergerak optimistis sejak awal sesi perdagangan dan ditutup mengalami penguatan terbesar pada tahun ini. Bank Indonesia pun mengambil langkah aman dengan menahan suku bunga di level 4,75 persen," ucap Lanjar.
IHSG ditutup naik 22,19 poin sebesar 0,40 persen di level 5.540,43 dengan aksi beli investor asing yang tercatat net buy sebesar Rp 2,48 triliun.
Indeks sektor keuangan memimpin penguatan, sedangkan indeks sektor aneka industri berbalik menjadi penekan di akhir pekan.
Bursa Asia dan Eropa
Bursa Asia membuka pekan dengan pergerakan optimistis seiring laporan data pekerja Amerika Serikat yang menjadi sinyal kenaikan suku bunga The Fed. Indeks Hang Seng melonjak tersbesar sajak November tahun lalu.
Bursa Eropa pun mengikuti penguatan bursa Asia. Di tengah pekan, bursa Asia kembali terkonsolidasi pergerakan mendatar menyelimuti sentimen pertemuan bank sentral di tengah pekan.
Aksi tunggu investor menjadi trigger pergerakan mendatar dan cendrung tertekan. Di akhir pekan, bursa Asia cenderung terkoreksi dipimpin oleh indeks saham China yang melemah lebih dari satu persen.
"Optimisme yang dinilai terlalu berlebihan pasca kepastian suku bunga The Fed menjadi salah satu alasan investor melakukan aksi jual di akhir pekan," kata Lanjar.
Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar