Tunggu Data Cadangan Devisa, IHSG Diprediksi Tertekan di Awal Pekan

JAKARTA, PT Rifan Financindo - Mengawali pekan kedua bulan Maret 2017, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (6/3/2017) diperkirakan masih mengalami tekanan.

Analis dari Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, pergerakan IHSG diperkirakan berada dalam rentang 5.330-5.400.

"Saham-saham yang dapat diperhatikan untuk pekan ini diantaranya AKRA, ATNM, JPFA, PGAS serta MPPA," kata Lanjar dalam keterangan tertulis, Senin.

Saham-saham lain yang juga layak diperhatikan meliputi AKRA dengan support-resistance  Rp 6.000-Rp 6.725 dan ANTM dengan support-resistance Rp 740-Rp 830. Selain itu, perhatikan pula saham JPFA dengan support resistance Rp 1.600-Rp 1.960, PGAS dengan support-resistance Rp 2.700-Rp 3.000, dan MPPA dengan support-resistance Rp 1.200-Rp 1.335.

"Sementara itu, pergerakan indeks global diperkirakan cenderung berfluktatif," ucap Lanjar.

Aksi wait and see investor dipicu oleh beberapa kebijakan moneter yang dikeluarkan bank sentral di sejumlah negara.

"Sedangkan sentimen dari dalam negeri yang diperhatikan investor diantaranya data cadangan devisa dengan perkiraan naik di level 117,2 miliar dollar AS dari 116,9 miliar dollar AS, data penjualan eceran dengan perkiraan turun di level 10,38 persen dari 10,5 persen dan tingkat keyakinan konsumen," imbuh Lanjar.

Pekan lalu

Pekan lalu, bursa Asia terbebani pelemahan saham global menjelang pidator Trump dan the Fed sehingga mayoritas dibuka melemah. IHSG pun demikian tertekan dengan sektor properti memimpin pelemahan.

Sementara itu saham Eropa pun dibuka fluktuatif dikarenakan beberapa politik Eropa mengenai referendum.

Pada perdagangan selanjutnya di hari Selasa, mayoritas bursa Asia dan global cenderung menguat terbatas, hingga tengah pekan bursa Asia cukup optimistis.

"Lonjakan besar indeks saham Jepang yang tertinggi sejak Desember 2015 menjadi pendorong penguatan bursa Asia di tengah pekan," kata Lanjar.

Dari dalam negeri, investor optimistis seiring kedatangan Raja Salman dengan harapan kesepakatan perjanjian investasi di Indonesia mampu membuat nilai tukar rupiah terapresiasi.

"Namun di akhir pekan lalu, investor cenderung melakukan aksi profit taking. Hal tersebut ditandainya adanya pelemahan mayoritas bursa di Asia, di tengah spekulasi Janet Yellen yang siap untuk menimbang peningkatan suku bunga pada kebijakan moneternya," ucap Lanjar.
PT Rifan Financindo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contact Us

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Koalisi Pejalan Kaki Dikecam PKL Saat Gelar Aksi di Tanah Abang