Sebentar Lagi, Harga Minyak Sentuh 60 Dollar AS Per Barrel
NEW YORK, Rifan Financindo - Harga minyak mentah dunia diprediksi
bakal terus bergerak kencang. Hal ini sejalan dengan serangan misil
yang dilancarkan Amerika Serikat ke Suriah, yang menyebabkan harga
minyak menyentuh level tertinggi dalam empat pekan.
Mengutip CNBC, Senin (10/4/2017), Kepala Strategi Komoditas pada RBC Capital Markets Helima Croft memprediksi harga minyak dunia akan merangkak setidaknya mencapai 60 dollar AS dalam hitungan bulan.
Ini adalah hampir 20 persen pergerakan dari level saat ini. Harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen sebagai reaksi atas serangan udara AS ke Suriah.
Pada Jumat (7/4/2017) lalu, harga minyak dunia menguat satu persen ke level 52,24 dollar AS per barrel, tertinggi dalam sebulan. Meskipun demikian, harga minyak dunia masih melemah hampir 3 persen sejauh ini pada tahun 2017.
Croft pun mengatakan, tidak ada ancaman gangguan pasokan secara langsung akibat serangan ke Suriah.
Namun begitu, Croft membeberkan beberapa risiko, termasuk potensi ketegangan baru antara Rusia dengan negara-negara Konsil Kerja Sama Negara-negara Sunni Teluk Arab (GCC). Selain itu, risiko lain adalah apakah serangan AS dapat berpengaruh pada pilpres Iran.
Croft menyatakan, risiko-risiko tersebut bisa mendorong harga minyak menguat lebih tinggi. Dalam waktu dekat, Croft menyebut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebagai faktor kunci yang mengarahkan harga minyak.
Ia meyakini, pertemuan OPEC pada 28 Mei 2017 mendatang akan memberikan dampak langsung terhadap harga minyak.
"Kami melihat pemangkasan (produksi) 1,8 juta barrel per hari oleh OPEC dan non-OPEC. Kami melihat itu akan diperpanjang enam bulan. Jika Anda adalah kepala negara dari negara produsen minyak itu, tidak ada yang Anda takuti kecuali harga (minyak) kembali ke kisaran 30 atau 40 dollar AS," tutur Croft.
Rifan Financindo
Mengutip CNBC, Senin (10/4/2017), Kepala Strategi Komoditas pada RBC Capital Markets Helima Croft memprediksi harga minyak dunia akan merangkak setidaknya mencapai 60 dollar AS dalam hitungan bulan.
Ini adalah hampir 20 persen pergerakan dari level saat ini. Harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen sebagai reaksi atas serangan udara AS ke Suriah.
Pada Jumat (7/4/2017) lalu, harga minyak dunia menguat satu persen ke level 52,24 dollar AS per barrel, tertinggi dalam sebulan. Meskipun demikian, harga minyak dunia masih melemah hampir 3 persen sejauh ini pada tahun 2017.
Croft pun mengatakan, tidak ada ancaman gangguan pasokan secara langsung akibat serangan ke Suriah.
Namun begitu, Croft membeberkan beberapa risiko, termasuk potensi ketegangan baru antara Rusia dengan negara-negara Konsil Kerja Sama Negara-negara Sunni Teluk Arab (GCC). Selain itu, risiko lain adalah apakah serangan AS dapat berpengaruh pada pilpres Iran.
Croft menyatakan, risiko-risiko tersebut bisa mendorong harga minyak menguat lebih tinggi. Dalam waktu dekat, Croft menyebut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebagai faktor kunci yang mengarahkan harga minyak.
Ia meyakini, pertemuan OPEC pada 28 Mei 2017 mendatang akan memberikan dampak langsung terhadap harga minyak.
"Kami melihat pemangkasan (produksi) 1,8 juta barrel per hari oleh OPEC dan non-OPEC. Kami melihat itu akan diperpanjang enam bulan. Jika Anda adalah kepala negara dari negara produsen minyak itu, tidak ada yang Anda takuti kecuali harga (minyak) kembali ke kisaran 30 atau 40 dollar AS," tutur Croft.
Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar