Netizen Malaysia Puji Pembangunan Tol Trans-Jawa
Rifan Financindo -- Warganet atau netizen Malaysia memberikan
tanggapan positif terhadap pembangunan jalan bebas hambatan atau Tol
Trans-Jawa di Indonesia.
Mereka bahkan menilai keberhasilan itu akibat pengguna kendaraan di Republik ini yang tidak masalah dengan besaran tarif tol.
“Bayaran tol sahaja (saja) berpuluh ribu, (tetapi) orang Indonesia oke sahaja (saja),” komentar pemilik akun Facebook bertulisan bahasa Arab, Selasa (27/6/2017).
Komentar tersebut ada pada postingan akun Facebook @blogjalanrayamalaysia. Akun ini menulis tentang Jalan Tol Semarang-Solo yang merupakan bagian dari Tol Trans-Jawa.
Menurut @blogjalanrayamalaysia, Tol Trans-Jawa bermula dari pembangunan tol pertama di Indonesia yaitu Tol Jakarta Bogor Ciawi (Jagorawi).
Kini pembangunan infrastruktur tersebut, tulis @blogjalanrayamalaysia, tak lagi terpusat di kota-kota besar di Pulau Jawa tetapi sudah menyebar di beberapa kota kecil lain.
Dengan begitu, Tol Trans-Jawa akan menjadi jalur tulang punggung di Pulau Jawa.
Adapun terkait tak keberatannya masyarakat Indonesia terhadap tarif tol yang tinggi, menurut @blogjalanrayamalaysia, hal itu terjadi karena pemikiran orang Indonesia sudah berbeda dengan 15 tahun lalu.
“Perbedaan itu terlihat dari segi mentalitas orang Indonesia. Pembangunan tol pun tidak pernah dikaitkan dengan isu politik,” terang akun tersebut di Facebook.
Nah, kondisi itu berbeda 180 derajat dengan Malaysia. Di negeri Jiran itu, tulis @blogjalanrayamalaysia, pembangunan jalan tol selalu dihubungkan dengan politik.
Peliknya persoalan jalan tol di Malaysia, menurut akun @Ibnur Shahril, terjadi karena ketergantungan warga negeri jiran ini atas jalan bebas hambatan begitu tinggi sehingga mudah dipolitisasi.
Berbeda dengan Indonesia, menurut @blogjalanrayamalaysia, meski telah dilakukan pembangunan Tol Trans-Jawa, namun pengguna jalan masih menganggap penting Jalur Pantura yang merupakan Jalan Nasional.
Tol Indonesia versus Malaysia
Meskipun netizen Malaysia memuji pembangunan Tol Trans-Jawa, namun bila dibandingkan panjang jalan tol kedua negeri ini begitu kontras.
Seperti ditulis KompasProperti Kamis (30/3/2017), panjang tol di Malaysia mencapai 3.500 kilometer. Capaian tersebut jauh meninggalkan Republik ini yang baru sepanjang 984 kilometer hingga awal tahun 2017 ini.
Maka dari itu, untuk mengatasi ketertinggalan tersebut pemerintah gencar membangun jalan tol.
Pemerintah menargetkan dapat membangun 1.060 kilometer jalan tol dan akan beroperasi pada 2019 atau rata-rata 200 kilometer per tahun.
Namun, membangun jalan tol bukanlah persoalan mudah. Masalah utama yang harus dihadapi adalah pembebasan lahan.
Contoh saja pembangunan Tol Trans-Jawa yang hingga kini belum rampung. Padahal rencana pembangunanya sudah dirancang sejak 1990-an.
Selain pembebasan tanah, masalah lain adalah pro dan kontra dari masyarakat. Hal ini, diakui Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia, tak hanya pembangunan jalan tol yang terhambat, sejumlah proyek infrastruktur pemerintah pusat juga macet karena adanya reaksi pro dan kontra dari rakyat Indonesia.
Keadaan itu, kata Jokowi, berbanding terbalik di berbagai negara. Di sana pembangunan proyek infrastruktur serupa selalu berjalan mulus karena tidak mendapat pertentangan dari warganya.
"Kita ini mau bangun jalan tol ribut masalah lahan, ramai masalah pembebasan lahan, bolak balik ramai, stop enggak berjalan karena masalah ini," tutur Jokowi, Selasa (23/6/2017).
Padahal, Jokowi menegaskan, pembangunan infrastruktur seperti jalan dan transportasi massal akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Rakyat bisa terhindar dari kemacetan yang bisa menimbulkan kerugian Rp 27 triliun setiap tahunnya.
"Wong negara lain sudah bangun dan itu bermanfaat, kok masih kita debatkan itu apanya?" ucap Jokowi.
Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar