Terancam Defisit 2,9%, Pemerintah Akan Tarik Utang Lebih Besar
JAKARTA - Rifan Financindo -- Dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN-P) 2017 terancam akan defisit
sebesar 2,9%. Pasalnya anggaran belanja yang diajukan dalam RAPBN-P
lebih besar dibandingkan anggaran pendapatan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan dirinya sudah memperkirakan akan adanya peningkatan defisit anggaran dalam penyusunan APBNP 2017. Sehingga dirinya merencanakan penarikan utang akan menjadi lebih besar dari yang diperkirakan.
Darmin mengatakan, perkiraan defisit anggaran pada APBNP 2017 yang menjadi 2,92% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) jika tidak ada penghematan alamiah pada belanja K/L, DAK, dan Dana Desa. Padahal, jika terjadi penghematan secara alamiah maka defisit menjadi 2,67% terhadap PDB.
"Dengan memerhatikan proyeksi penerimaan dan belanja negara dalam RAPBNP defisit diperkirakan 2,92% terhadap PDB namun dengan adanya penghematan alamiah dalam belanja K/L maka defisit outlook 2,67%. Pemerintah akan berusaha secara optimal memenuhi target pendapatan negara," kata Darmin di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (6/7/2017).
Selain itu, untuk tetap menjaga defisit, pemerintah juga akan melakukan penghematan belanja K/L yang dilakukan dengan realokasi belanja barang menjadi belanja produktif dan mendesak. Pada tahun ini diperkirakan alokasi penghematan sebesar Rp16 triliun dan dialihkan ke belanja prioritas di K/L dan belanja lainnya seperti pembayaran utang luar negeri, BLU.
"Dana Rp16 Triliun akan dialihkan ke belanja prioritas di Kementerian dan Lembaga dan belanjan lainnya seperti pembayaran utang luar negeri," ujarnya.
Sebagai informasi, anggaran belanja pemerintah pusat pada APBN 2017 sebesar Rp1.315,5 triliun dan realisasinya baru mencapai 37,9% atau setara Rp498,6 triliun. Dalam RAPBNP 2017 diusulkan belanja pemerintah pusat menjadi Rp1.351,6 triliun.
Rifan Financindo
Komentar
Posting Komentar