Minyak Tumbang 7%, Trump Minta Tarif China Lebih Besar Lagi

Rifan Financindo || Harga minyak tumbang hampir 7% Jumat dini hari tadi di sesi Amerika Serikat dan nilai tersebut merupakan yang terbesar untuk tahun ini. Pergerakan ini dipicu oleh ancaman Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan 10% kepada China kini menghantam pasar yang telah terpukul karena kekecewaan atas penurunan suku bunga AS yang tidak memadai.


Minyak mentah West Texas Intermediate yang diperdagangkan di New York terjungkal $3,92, atau 6,7%, pada $54,66 per barel 00.50 WIB. WTI terakhir turun sebanyak itu dalam satu sesi adalah pada tanggal 24 Desember tahun lalu.

Brent yang diperdagangkan di London, patokan untuk minyak di luar AS, merosot $3,64, atau 5,6%, menjadi $61,41. Bahkan sebelum aksi jual tersebut, Brent telah mengakhiri bulan Juli turun 2% pada penutupan perdagangan Rabu.

Trump, dalam sebuah tweet mengungkapkan ketidakpuasan atas kurangnya komitmen China untuk menyegel kesepakatan perdagangan dengan AS, dan mengatakan pemerintahannya pada 1 September akan menerapkan "tarif tambahan kecil 10%" atas sisa produk dan barang yang masuk dari China senilai $300 miliar.

"Ini belum termasuk angka 250 Miliar Dolar yang sudah dikenai tarif sebanyak 25%," Presiden AS menambahkan dalam tweet-nya.

Rifan Financindo || Minyak mentah berjangka telah jatuh awalnya setelah pemangkasan 25 basis poin sebelumnya oleh Federal Reserve yang mengecewakan pelaku pasar yang menginginkan pengurangan dua kali lebih besar dari keputusan bank sentral AS ini. Dolar juga melonjak dan memberi investor lebih banyak alasan untuk keluar dari reli minyak selama lima hari sebelumnya.

Baca juga :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us