Harga Emas Turun ke Level Terendah dalam Sebulan Terakhir

Jakarta -  Rifanfinancindo || Harga emas turun ke level terendah dalam sebulan terakhir pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Hal ini didorong oleh meningkatnya imbal hasil obligasi dan dolar membuat daya tarik aset safe haven.

Dikutip dari CNCB, harga emas di pasar spot gold turun 0,58 persen pada USD 1.489,97 per ounce, setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 13 Agustus, pada USD 1.486. Sedangkan harga emas berjangka AS tergelincir 0,90 persen menjadi USD 1.497,6 per ounce.

Imbal hasil AS naik ke puncak multi-minggu, mengikuti obligasi Jerman, karena harapan meredakan ketegangan perdagangan AS dan China dan ekspektasi langkah-langkah stimulus fiskal oleh bank sentral global yang mendorong sentimen risiko.

“Kami melihat likuidasi safe haven di pasar, tidak ada alasan untuk safe haven saat ini. Meskipun ekuitas menarik kembali hari ini, mereka menunjukkan beberapa kekuatan residual,” kata Phillip Streible, Ahli Strategi Komoditas Senior di RJO Futures.

Harga emas telah turun lebih dari 4 persen, atau lebih dari USD 60 dalam waktu kurang dari seminggu, terutama dipengaruhi oleh kenaikan yang luas di pasar ekuitas.

Mempertimbangkan banyaknya posisi net long dalam emas, “semua orang yang terlambat masuk ini mulai melikuidasi posisi mereka sekarang. Kami (juga) melihat hasil sedikit naik," tambah Streible.

Harapan Penurunan Suku Bunga
Rifanfinancindo || Spekulan meningkatkan posisi bullish mereka dalam kontrak emas dan perak COMEX dalam minggu ini hingga 3 September.

Investor sekarang menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) Kamis, yang secara luas diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga. Federal Reserve AS juga diperkirakan akan menurunkan suku bunganya minggu depan karena pembuat kebijakan berlomba untuk memerangi risiko penurunan global.

Namun, para analis mengatakan lintasan positif keseluruhan harga emas masih utuh.

"Kami sekarang mengharapkan harga emas untuk diperdagangkan lebih kuat lebih lama, mungkin menembus USD 2.000 per ounce dan memposting siklus tertinggi baru di beberapa titik dalam satu atau dua tahun mendatang," tulis analis bank Citi dalam sebuah catatan. 

Baca juga :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contact Us

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Koalisi Pejalan Kaki Dikecam PKL Saat Gelar Aksi di Tanah Abang