Pertamina Kemungkinan Tambah Impor Minyak Mentah Asal AS
Rifanfinancindo || Setelah Pemerintah Indonesia memangkas subsidi impor minyak mentah Pertamina untuk tahun 2020 guna menurunkan defisit transaksi berjalan dan mendorong peningkatan aktifitas kilang yang dikelola dengan mengambil lebih banyak minyak mentah asal AS karena harganya lebih murah daripada sumber lain.
"Pemerintah telah memerintahkan Pertamina memangkas pembelian minyak mentah dan impor kondensat sebesar 30 juta barel pada tahun 2020," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Pertambangan dan Energi Djoko Siswanto pekan ini.
Pengurangan kuota impor membuat perusahaan minyak dan gas milik negara itu hanya diizinkan membeli sekitar 50 juta barel untuk bahan baku kilang tahun ini, turun dari sekitar 80 juta barel yang dibeli pada 2019.
Pemangkasan impor dilakukan untuk menekan neraca perdagangan dan mendorong Pertamina mencari sumber impor minyak mentah yang paling ekonomis - dan impor dari AS dapat menjadi salah satu solusinya.
Sebelumnya Pertamina membeli pertama kali minyak mentah asal AS pada kuartal kedua tahun 2019 dan menurut info S&P Global Platts sekitar 700.000 barel minyak mentah WTI Midland tiba di Indonesia pada Juni 2019, dilanjutkan dengan pengiriman kedua pada kuartal keempat 2019.
Besarnya spread harga antara WTI Magellan East Houston, atau MEH, berdasarkan CFR Asia dan minyak mentah light sweet Kikeh Malaysia berdasarkan FOB Malaysia rata-rata minus $ 2,21/barel hingga Januari, dan rata-rata minus $ 2,20/barel pada Q4 2019, ungkap data Platts.
Sementara spread antara WTI MEH berdasarkan CFR Asia dan harga jual resmi minyak mentah Seria Light Brunei rata-rata minus $ 2,14/barel pada bulan November. Spread untuk Desember tidak dapat dihitung karena Brunei Shell belum merilis OSP untuk kargo yang dimuat bulan lalu.
Saat ini Pertamina memiliki dan mengoperasikan enam kilang minyak dengan total kapasitas terpasang 1,05 juta barel per hari, yang sebagian besar menggunakan minyak mentah yang diimpor dari Malaysia, Australia, Nigeria, Brunei, dan Azerbaijan.
Beberapa yang paling banyak digunakan termasuk Kimanis Malaysia, Kikeh dan Labuan, Escravos Nigeria dan Qua Iboe, Seria Light Brunei, Azeri Light Azerbaijan dan kondensat North West Shelf Australia.
Rifanfinancindo || Pertamina mengimpor total 212.000 barel per hari minyak mentah dan kondensat pada tahun 2019, atau sekitar 23% dari total kebutuhan bahan baku kilang.
"Pemerintah telah memerintahkan Pertamina memangkas pembelian minyak mentah dan impor kondensat sebesar 30 juta barel pada tahun 2020," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Pertambangan dan Energi Djoko Siswanto pekan ini.
Pengurangan kuota impor membuat perusahaan minyak dan gas milik negara itu hanya diizinkan membeli sekitar 50 juta barel untuk bahan baku kilang tahun ini, turun dari sekitar 80 juta barel yang dibeli pada 2019.
Pemangkasan impor dilakukan untuk menekan neraca perdagangan dan mendorong Pertamina mencari sumber impor minyak mentah yang paling ekonomis - dan impor dari AS dapat menjadi salah satu solusinya.
Sebelumnya Pertamina membeli pertama kali minyak mentah asal AS pada kuartal kedua tahun 2019 dan menurut info S&P Global Platts sekitar 700.000 barel minyak mentah WTI Midland tiba di Indonesia pada Juni 2019, dilanjutkan dengan pengiriman kedua pada kuartal keempat 2019.
Besarnya spread harga antara WTI Magellan East Houston, atau MEH, berdasarkan CFR Asia dan minyak mentah light sweet Kikeh Malaysia berdasarkan FOB Malaysia rata-rata minus $ 2,21/barel hingga Januari, dan rata-rata minus $ 2,20/barel pada Q4 2019, ungkap data Platts.
Sementara spread antara WTI MEH berdasarkan CFR Asia dan harga jual resmi minyak mentah Seria Light Brunei rata-rata minus $ 2,14/barel pada bulan November. Spread untuk Desember tidak dapat dihitung karena Brunei Shell belum merilis OSP untuk kargo yang dimuat bulan lalu.
Saat ini Pertamina memiliki dan mengoperasikan enam kilang minyak dengan total kapasitas terpasang 1,05 juta barel per hari, yang sebagian besar menggunakan minyak mentah yang diimpor dari Malaysia, Australia, Nigeria, Brunei, dan Azerbaijan.
Beberapa yang paling banyak digunakan termasuk Kimanis Malaysia, Kikeh dan Labuan, Escravos Nigeria dan Qua Iboe, Seria Light Brunei, Azeri Light Azerbaijan dan kondensat North West Shelf Australia.
Rifanfinancindo || Pertamina mengimpor total 212.000 barel per hari minyak mentah dan kondensat pada tahun 2019, atau sekitar 23% dari total kebutuhan bahan baku kilang.
Baca juga :
Komentar
Posting Komentar