Dampak Virus Korona Buat OPEC Khawatir

PT Rifan Financindo ||  Ini adalah bulan yang tidak bisa dibayangkan oleh trader minyak, tidak setelah rencana OPEC untuk mengurangi pasokan sebanyak 2 juta barel per hari, roket Iran menembaki pangkalan udara AS dan Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap investor karena mengabaikan pendaftaran saham perusahaan minyak Saudi Aramco (SE:2222).


Namun, inilah dia: bulan terburuk bagi minyak selama lebih dari setahun setelah mencatatkan kinerja terbaik pada tahun 2019.

Sebagai catatan, Brent membukukan kerugian bulanan lebih 14% untuk bulan Januari, penurunan terbesar sejak November 2018, ketika kehilangan nilai sebesar 22%. WTI turun nyaris 16% pada bulan Januari, kinerja terburuk sejak Mei tahun lalu.

Hanya butuh waktu empat minggu, virus korona telah membatalkan segala upaya selama lebih dari setahun yang dilakukan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). OPEC tetap mendukung para negara anggotanya yang paling bandel - Irak, Libya dan Nigeria - untuk mencapai kepatuhan pemotongan produksi yang dijanjikan selama 18 bulan terakhir. Kelompok tersebut tetap fokus pada pernyataannya, meskipun ada cuitan dari Presiden AS Donald Trump yang ingin mengganggu kenaikan harga bahan bakar di stasiun minyak AS pada tahun 2018. Hal ini menjadi ketakutan bagi Trump karena dapat mengurangi suara Partai Republik dalam pemilihan tengah tahun (partai pesaing Demokrat tetap memenangkan kursi mayoritas di DPR AS).

Namun, tidak ada yang dilakukan OPEC selama satu setengah tahun terakhir yang dapat mempersiapkannya menghadapi krisis. Virus korona praktis telah melemahkan setiap kepercayaan pasar dan tidak meninggalkan apa-apa selain ketakutan. Virus ini mengguncang pondasi tren bullish yang mendorong Brent ke atas level $86 pada Oktober 2018 - tingkat tertinggi sejak $100 per barel hari pada 2013 - dan sekali lagi ke puncak di atas $71 tahun ini, setelah mengalami volatilitas dalam beberapa bulan terakhir. Sekarang, yang bisa dipikirkan semua trader adalah seberapa jauh pasar bisa turun, karena virus itu sendiri tidak akan hilang.

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan status darurat global virus korona, penyebarannya secara global masih relatif ringan dibandingkan dengan di Cina, di mana pandemi semakin memburuk dari waktu ke waktu, baik dalam tingkat infeksi maupun jumlah kematian. Bagi pasar minyak, korban manusia, penutupan kota dan kehilangan tingkat produksi di hampir setiap industri besar di Cina bermakna juga kehilangan peningkatan jumlah barel setiap jam pada konsumen komoditas terbesar di dunia itu.

Dan kerugian itu dapat diperkirakan oleh siapa pun, sebagaimana perkiraan dari bank-bank di Wall Street dan juga perusahaan riset.

Sanford C. Bernstein & Co. mengatakan minyak bisa jatuh ke sekitar $50 per barel tanpa intervensi OPEC. Perusahaan ini telah memangkas perkiraan permintaan bensin sebesar 50.000 barel per hari, dan memangkas estimasi konsumsi diesel sebesar 40.000 barel per hari.

Morgan Stanley (NYSE:MS) mengatakan jika situasi virus terus meningkat selama tiga hingga empat bulan, maka perusahaan akan memangkas sekitar 75.000 barel per hari dari pertumbuhan permintaan minyak di Cina pada tahun 2020. Jika wabah memuncak dalam satu hingga dua bulan, pertumbuhan permintaan kuartal pertama akan turun menjadi 150.000 barel per hari dari 310.000, katanya.

Pembatalan penerbangan dapat menyebabkan hilangnya permintaan bahan bakar jet sebanyak 400.000 hingga 700.000 barel per hari pada kuartal pertama, sementara pelemahan permintaan diesel dapat menyebabkan pemotongan produksi kilang minyak, kata Morgan Stanley.

S&P Global (NYSE:SPGI) Platts, dalam skenario terburuk, mengatakan permintaan minyak global akan turun "sangat besar dan hampir membawa bencana" sebanyak 2,6 juta barel pada bulan Februari dan 2 juta di bulan Maret. Untuk bahan bakar jet, ini bisa berarti penurunan permintaan 1 juta barel per hari bulan depan, tambahnya.

Platts juga melaporkan bahwa OPEC dan mitranya dapat mengadakan pertemuan komite teknis tingkat delegasi antara Selasa dan Rabu untuk merekomendasikan tindakan segera bagi para menteri kelompok tersebut, tapi mungkin masih dapat bertemu pada bulan Maret sesuai jadwal. Pertemuan teknis ini berpotensi mengoordinasikan pengurangan produksi yang lebih dalam untuk menanggapi krisis virus korona.

Trader akan menunggu untuk melihat apa yang dicapai pertemuan tersebut meskipun sedikit yang yakin akan menghambat kejatuhan pasar minyak.

Dan di mana posisi emas dari semua ini?

Yah, logam kuning mencatatkan bulan terbaiknya dalam lima lima untuk bulan Januari, bertindak sebagai aset lindung nilai terhadap virus korona.

Grafik menunjukkan bahwa penyelesaian perdagangan Jumat pada level $1.588 per ons, emas berjangka dan emas akan berada di tempat yang menguntungkan untuk mencoba dan membangun momentum lagi menuju tingkat tertinggi tujuh tahun Januari di atas $1.600 per ons.

Tinjauan Sektor Energi

Minyak mengakhiri bulan Januari dengan menderita kerugian bulanan terburuk selama lebih dari satu tahun karena pembeli utama Cina hampir mengalami kelumpuhan akibat terjangan krisis virus korona. Upaya OPEC dan mitranya untuk mempercepat pertemuan guna menopang pasar nyaris tidak membantu.

Brent, minyak mentah acuan global di London, turun 71 sen, atau sebesar 1,2%, di $56,52. Brent mencapai level terendah empat bulan di 56,16 pada perdagangan harian.

Minyak West Texas Intermediate di New York, minyak mentah acuan AS, turun 58 sen, atau sebesar 1,1%, menjadi $51,56 per barel. WTI mencapai level terendah enam bulan mendekati $51,11 sebelumnya.

Kerugian pada hari Jumat itu terjadi meskipun agensi baru Rusia Ifax melaporkan bahwa Menteri Energi Alexander Novak menyetujui rencana Arab Saudi dan negara kelompok OPEC+ lainnya untuk mendorong maju jadwal pertemuan ke bulan depan dalam upaya untuk meletakkan pondasi di pasar minyak.

Bloomberg, dalam laporan terpisah Kamis silam, mengatakan Moskow tampaknya menolak untuk mempercepat pertemuan karena itu bermakna bahwa bakal ada pengurangan produksi yang lebih dalam bagi negara-negara yang terlibat - sesuatu yang ditentang oleh produsen minyak independen di Rusia.

Laporan Ifax, bagaimanapun, menyarankan bahwa satu-satunya masalah untuk Moskow adalah setuju dengan negara OPEC+ tersisa lainnya terkait tanggal baru untuk pertemuan tersebut.

Data menunjukkan aktivitas pabrik Cina mandek pada bulan Januari, menambah kekhawatiran tentang kejatuhan ekonomi dari epidemi itu selama sebulan.

Goldman Sachs (NYSE:GS) merevisi turun ekspektasi pertumbuhan PDB 2020 Cina menjadi 5,5% dari 5,9%.

Pasar global sempat tenang Kamis malam lalu setelah WHO memberikan pujian kepada Cina atas upayanya dalam memerangi epidemi. Namun, ketika perdagangan dimulai kembali pada hari Jumat silam, sentimen jatuh kembali.

"Ketakutan datang kembali karena meskipun (WHO) menyatakan bahwa negara-negara tidak boleh mengganggu sektor perjalanan dan perdagangan, faktanya sudah tampak," kata Phil Flynn, analis energi senior Price Futures Group di Chicago. “Virus korona telah menyebar dari Cina hingga ke sekitar 20 negara, menewaskan lebih dari 200 orang.”

Kalender Energi ke Depan

Senin, 3 Februari

Perkiraan pasokan minyak mentah Genscape Cushing (data pribadi)

Rabu, 5 Februari

Laporan mingguan stok minyak dari American Petroleum Institute.

Kamis, 6 Februari

Laporan mingguan EIA tentang persediaan minyak

Laporan mingguan gas alam dari EIA

Jumat, 7 Februari

Jumlah rig mingguan Baker Hughes.

Tinjauan Logam Mulia

Emas berhasil membukukan kenaikan bulanan terbaik dalam lima bulan pada hari Jumat silam di tengah aksi beli safe haven pada logam kuning ini.

Emas berjangka untuk penyerahan April di New York COMEX menyelesaikan hari turun $1,30 menjadi $1587,90. Tapi itu tidak menghentikan kontrak emas ini dari catatan kenaikan lebih 4% untuk Januari, kinerja terbaik untuk kontrak emas acuan sejak bulan Agustus.

Tetapi emas spot, yang mencerminkan perdagangan langsung fisik emas, meningkat dengan kuat atau naik $14,11, nyaris 1%, di $1,588,03 per ons pada pukul 03:00 PM ET (20:00 GMT). Pergerakan tersebut menyajikan kenaikan emas hampir 5% untuk bulan Januari, juga kinerja terbaik dalam lima bulan.

"Hal ini mencerminkan gagasan bahwa perdagangan emas adalah salah satu yang terkait dengan penghindaran kerugian," kata TD Securities dalam catatan.  || PT Rifan Financindo ||  


Baca juga :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan Pesawat?

Sentimen Global Masih Ada, Rupiah Menguat di Hadapan Dolar AS

Contact Us