IHSG diprediksi bearish pekan ini, berikut sentimen yang harus dicermati
JAKARTA. Rifanfinancindo || Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,27% dalam sepekan lalu ke level 6.258,75. Pada akhir perdagangan pekan lalu, IHSG berada di posisi 6.241,79.Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menilai, pergerakan IHSG pekan lalu dipengaruhi sejumlah sentimen positif dan negatif yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Sentimen eksternal pertama adalah data manufaktur Jerman, Euro Area, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) bulan Februari 2021 yang relatif melampaui ekspektasi pelaku pasar.Di sisi lain, muncul kekhawatiran di kalangan investor terkait kenaikan inflasi di AS seiring dengan pemulihan ekonomi di negara tersebut. Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan.
Meskipun begitu, Gubernur The Fed Jerome Powell telah menyampaikan bahwa The Fed masih akan mempertahankan kebijakan moneter akomodatif untuk beberapa waktu ke depan.Dari dalam negeri, sejumlah stimulus moneter maupun insentif pajak dinilai menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG pekan lalu. Akan tetapi, investor juga dipengaruhi oleh data inflasi Februari 2021 yang melandai menjadi 1,38% yoy, dari 1,55% yoy pada Januari 2021.
"Data ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa konsumsi masih belum pulih sepenuhnya," ungkap Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/3).Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani mengatakan, pergerakan IHSG pada pekan lalu masih dibayangi kekhawatiran data inflasi AS dan kekhawatiran terhadap kebijakan moneter The Fed. "Selain itu, volatilitas harga komoditas minyak dan nikel juga menjadi pemberat bagi saham sektor komoditas," ucap Yaki.Untuk pekan ini, Yaki memprediksi, IHSG masih akan berfluktuasi dalam rentang 6.091-6.398. Menurut dia, selama bertahan di atas support 6.140-6.176, tren IHSG masih akan cenderung bullish.
Rifanfinancindo || Yaki melihat, sentimen pergerakan IHSG pekan ini berasal dari data inflasi China, pergerakan yield US treasury bonds, kebijakan stimulus AS, dan fluktuasi harga komoditas. Dari dalam negeri, pelaku pasar masih akan fokus terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan rilis laporan keuangan emiten.Sementara itu, Valdy memperkirakan, IHSG pekan ini akan cenderung bearish dengan support di 6.200 dan resistance 6.380. Menurut Valdy, pada pekan ini, pelaku pasar masih akan mencermati kinerja ekspor dan impor China terbaru yang dirilis akhir pekan ini serta mengantisipasi data inflasi AS di bulan Februari 2021 yang diperkirakan naik ke level 1,6% yoy.
Sentimen eksternal pertama adalah data manufaktur Jerman, Euro Area, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) bulan Februari 2021 yang relatif melampaui ekspektasi pelaku pasar.Di sisi lain, muncul kekhawatiran di kalangan investor terkait kenaikan inflasi di AS seiring dengan pemulihan ekonomi di negara tersebut. Kondisi ini memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan.
Meskipun begitu, Gubernur The Fed Jerome Powell telah menyampaikan bahwa The Fed masih akan mempertahankan kebijakan moneter akomodatif untuk beberapa waktu ke depan.Dari dalam negeri, sejumlah stimulus moneter maupun insentif pajak dinilai menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG pekan lalu. Akan tetapi, investor juga dipengaruhi oleh data inflasi Februari 2021 yang melandai menjadi 1,38% yoy, dari 1,55% yoy pada Januari 2021.
"Data ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa konsumsi masih belum pulih sepenuhnya," ungkap Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/3).Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani mengatakan, pergerakan IHSG pada pekan lalu masih dibayangi kekhawatiran data inflasi AS dan kekhawatiran terhadap kebijakan moneter The Fed. "Selain itu, volatilitas harga komoditas minyak dan nikel juga menjadi pemberat bagi saham sektor komoditas," ucap Yaki.Untuk pekan ini, Yaki memprediksi, IHSG masih akan berfluktuasi dalam rentang 6.091-6.398. Menurut dia, selama bertahan di atas support 6.140-6.176, tren IHSG masih akan cenderung bullish.
Rifanfinancindo || Yaki melihat, sentimen pergerakan IHSG pekan ini berasal dari data inflasi China, pergerakan yield US treasury bonds, kebijakan stimulus AS, dan fluktuasi harga komoditas. Dari dalam negeri, pelaku pasar masih akan fokus terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan rilis laporan keuangan emiten.Sementara itu, Valdy memperkirakan, IHSG pekan ini akan cenderung bearish dengan support di 6.200 dan resistance 6.380. Menurut Valdy, pada pekan ini, pelaku pasar masih akan mencermati kinerja ekspor dan impor China terbaru yang dirilis akhir pekan ini serta mengantisipasi data inflasi AS di bulan Februari 2021 yang diperkirakan naik ke level 1,6% yoy.
Komentar
Posting Komentar